Medan Butuh Angkringan yang Terintegrasi dengan Budaya

Share:



Lokasi angkringan.ist

Garda. id | Medan Butuh Angkringan yang Terintegrasi dengan Budaya 


Penulis : Becks 


Ada sebuah tempat tongkrongan anak muda yang sedang populer di Medan, yaitu angkringan. Tempat ini tidak hanya menarik anak muda, tetapi juga orang dewasa yang ingin menikmati musik sambil menyeruput kopi dan mencicipi berbagai makanan.


Angkringan ini terletak di area parkir ruko yang sederhana. Pengelolanya dengan cerdas mengubahnya menjadi spot berkumpul yang asyik. Bentuknya panjang dan berbentuk huruf L, mengelilingi area parkir yang biasanya sepi di malam hari.


Meskipun belum sepopuler angkringan di Jogja, angkringan di Medan ini memiliki potensi yang menjanjikan. Lokasinya strategis, tepat di samping lampu merah antara Jalan Masjid Raya dan Brigjend Katamso, sehingga mudah diakses. 


Angkringan ini buka dari pukul 19.00 hingga tengah malam dan seringkali dipadati pengunjung, terutama karena latar belakang Istana Maimoon yang memancarkan cahaya lampu berkilauan di malam hari, menambah keindahan suasana dan menarik minat pengunjung.


Selain mengandalkan view gemerlap bangunan istana maimoon, harga makanan dan minuman di sini masih relatif terjangkau, menjadi salah satu alasan mengapa angkringan ini sering ramai. 


Namun, meskipun banyak pengunjung, masih ada ruang untuk perbaikan. Sebab, kondisi angkringan ini tampak biasa saja dan kurang menarik secara visual. Baik itu, soal pencahayaan di sekitarnya masih minim, dan tidak ada lampu hias yang menambah kenyamanan. Lantainya juga terlihat biasa dan perlu diperbaiki agar lebih estetik. Penataan ruang para pedagang juga sangat sederhana, tanpa stand yang menarik untuk menampilkan barang dagangan mereka.


Jika kita membayangkan masa depan angkringan ini, Pemerintah Kota Medan sebaiknya mempertimbangkan pemanfaatan lahan parkir ini dengan lebih kreatif. Kolaborasi dengan pemilik ruko untuk mengubah angkringan menjadi area outdoor yang nyaman dan menarik, lengkap dengan elemen estetika, dapat meningkatkan pengalaman pengunjung.


Angkringan ini bisa menjadi tempat berkumpul yang juga berfungsi sebagai destinasi wisata, menghubungkan masyarakat lokal dan wisatawan. Wisatawan asing yang mengunjungi Istana Maimoon pasti akan tertarik mampir dan menikmati suasana malam yang bermakna di tengah keramaian kota. Angkringan ini berpotensi menjadi pusat komunitas yang menghubungkan masyarakat, wisatawan, dan pengusaha, serta membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi di Medan.


Rianto, SH, MH, demisoner Dewan Kebudayaan Medan, menegaskan pentingnya keberadaan angkringan yang tertata dan dikelola dengan baik. Lokasinya yang dekat dengan situs budaya seperti Istana Maimoon memberikan peluang berharga untuk mengembangkan tempat ini.


Pemerintah Kota Medan harus memanfaatkan peluang ini dengan bijak, menjadikan angkringan sebagai pusat jajanan yang terintegrasi dengan budaya setempat,” ujarnya.


Pria hoby bernyanyi yang akrab disapa Anto Genk, kerap berkunjung dan mengamati angkringan tersebut. Dia merasa optimis, kalau angkringan ini berpotensi menjadi tempat ikonik di Medan. Konsep yang menggabungkan kuliner, seni, dan budaya di bawah latar belakang Istana Maimoon akan menciptakan pengalaman tak terlupakan bagi pengunjung. “Bayangkan, hanya dengan menyeruput kopi, mereka dapat merasakan kehangatan suasana Medan, lengkap dengan cita rasa kuliner yang autentik,” lanjutnya, yang juga CEO SUMUT24 GROUP.


Dengan semua potensi ini, angkringan ini bisa menjadi tempat yang tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga menjadi jembatan antara kuliner, seni, dan budaya. Ini akan menjadikan Kota Medan semakin dikenal dalam dunia wisata kuliner, baik nasional maupun internasional, serta membuka peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi lokal dan menarik lebih banyak wisatawan.


Menurut Anto Genk, kolaborasi antara pemerintah, pemilik ruko, dan pengelola angkringan memiliki potensi besar untuk menciptakan ekosistem bisnis yang saling menguntungkan. Sinergi antara ketiga pihak ini dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi seluruh stakeholder.


*Manfaat bagi Pemerintah dan Pemilik Ruko*


Dari inisiatif kolaboratif ini, pemerintah dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui berbagai sumber, seperti pajak dari aktivitas bisnis yang meningkat dan retribusi dari angkringan. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi usaha kecil dan menengah, pemerintah juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal.


Bagi pemilik ruko, menyewakan ruang kepada pengelola angkringan merupakan peluang bisnis yang menarik. Selain mendapatkan pendapatan tambahan, pemilik ruko juga dapat memanfaatkan lahan parkir yang sebelumnya tidak dimanfaatkan. Dengan demikian, aliran kas menjadi lebih stabil. 


*Dukungan untuk Pengusaha Lokal dan UMKM*


Ekosistem ini juga memberikan banyak manfaat bagi pengusaha lokal dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan adanya angkringan sebagai platform, banyak pengusaha kecil dapat memasarkan produk makanan dan minuman mereka. Ini tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga memberikan kesempatan untuk memperkenalkan produk lokal kepada masyarakat yang lebih luas.


*Manajemen Pengelolaan Angkringan*


Setelah renovasi angkringan yang didukung oleh pemerintah telah dilaksanakan, penting untuk menerapkan manajemen yang baik dan terukur guna memastikan keberlangsungan angkringan tersebut. Pemerintah perlu menunjuk pihak ketiga yang terpercaya untuk mengelola angkringan dengan efektif.


Pengelola angkringan tentunya memiliki beberapa tanggung jawab penting, diantaranya, pengawasan kebutuhan angkringan yakni harus memastikan kebersihan dan keamanan area angkringan. Ini termasuk menjaga kebersihan lingkungan serta memastikan semua standar keamanan terpenuhi.


Penerapan standarisasi dalam penataan stand dagangan sangat penting. Pengelola harus menentukan jenis dagangan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan pengunjung. 


Begitu juga dengan soal penetapan harga dagangan. Penetapan harga yang sesuai dengan kemampuan pengunjung juga merupakan tugas penting. Harga yang terjangkau akan menarik lebih banyak pengunjung. 


Kemudian adalah menciptakan suasana kolaboratif. Pengelola harus mampu menciptakan suasana kolaboratif yang menguntungkan. Ini bisa dilakukan dengan mengadakan acara atau pertunjukan yang melibatkan komunitas setempat, sehingga meningkatkan daya tarik angkringan.


 “Jadi, pengelolaan angkringan ini butuh open management yang baik sehingga semua pihak dapat mengontrol secara adil dan menerima keuntungan dengan adil pula,” ucap Anto Genk. Prinsip ini penting agar semua stakeholder merasa terlibat dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi serta mendapatkan manfaat dari keberhasilan angkringan.


Dengan penerapan manajemen yang baik, diharapkan angkringan ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi tempat yang menarik bagi masyarakat.rel

Share:
Komentar

Berita Terkini