Ratu Panggung Prameswari Demak

Share:

 

Ist


Garda.id | Ratu Panggung Prameswari Demak 


Purwadi/Ketua Lokantara


A. Trah Sunan Ampel


Kanjeng Ratu Mas Panggung adalah garwa prameswari Raden Patah Jimbun Sirullah Syah Alam Akbar I. Ratu Panggung merupakan putri Kanjeng Sunan Ampel. Lahir di Semampir Surabaya pada tanggal 8 Oktober 1462.


Sejak tahun 1478 mendampingi raja Demak Bintara, Ratu Panggung aktif dalam kegiatan kultural istana. Misalnya tiap hari raya idul fitri. Seluruh sentana dan abdi dalem diberi pelatihan tentang tata cara adat. Arab digarap, Jawa digawa. Demikian wejangan luhur Kanjeng Sunan Ampel. 


Lebaran dimulai dengan grebeg malem sanga likur. Dua hari akhir Ramadhan. Dengan lampu ting, oncor, dimar, upet, teplok abdi dalem berkeliling kota. Barisan semut ireng membawa 1000 tumpeng. Dipikul dengan wadah judhang joli jempana. Tumpeng sewu itu berisi sega uduk, ketan biru, krupuk uyel. Dimakan bersama dengan jamaah Masjid Agung, setelah sholat tarweh. 


Akhir malam 30 Ramadhan dengan wilujengan apem mas. Kata apem bermakna permohonan maaf. Apura ingapura pada sesama. Para dayang dayang istana dipimpin langsung oleh Ratu Panggung. Masak jajanan apem yang dibantu oleh juru pawon Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Malang dan Pasuruan. 


Takbir, tahmid, tahlil, tasbes berkumandang di awang awang. Ratu Panggung berbusana gaya Fatayat. Selendang putih dikalungkan kepala. Busana kebayak putih, nyamping jarik motif wahyu tumurun. Samir warna merah kuning. Stagen sabuk wala, slop buatan Magetan. Tampak anggun dan agung. Kembul bujana andrawina. Makan opor kupat sebelum shalat ied. Sajadah made in Turki dibawa sekretaris pribadi. Berasal dari Lamongan, Tuban, Rembang dan Bojonegoro. Ratu Panggung bertugas dengan melibatkan pegawai secara bergilir. 


Putri Sunan Ampel yang bernama asli Siti Fatimah ini memang lincah pintar ramah dan berwibawa. Nama Siti Fatimah ini berubah menjadi Kanjeng Ratu Mas Panggung sejak tanggal 8 Oktober 1479. Setelah Raden Patah dinobatkan menjadi raja Demak. Ratu Panggung memberi inspirasi dan energi. Hari raya idul fitri berlangsung meriah. Halal bihalal terjadi selama 2 minggu. Sungkeman dan ngabekten untuk kalangan internal kerajaan. Bertempat di sasana sewaka. Peserta terdiri dari anak mantu cucu dan keluarga dekat. 


Alun alun kraton Demak selalu ramai tiap idul fitri. Ratu Panggung mengusulkan adanya pasar malam dan gelar seni budaya. Festival kuliner diikuti oleh para wanita dari bang kulon, bang wetan dan pesisir. Ragam masakan dipamerkan. Kegiatan kuliner ini melibatkan seluruh istri bupati. Seni wayang kulit, wayang wong, ludruk, kethoprak, jathilan, jaran kepang, angguk, lengger, tayub pentas di berbagai titik pementasan. Halal bihalal ini sekaligus ajang unjuk diri bagi seniman. Ratu Panggung memberi upah yang cukup. 


Usaha Ratu Panggung beragam. Misalnya produksi garam di kalianget, sewa perahu pelabuhan tanjung perak, mebel Jepara, marmer Tulungagung, trasi Lasem Rembang, kecap Purwodadi. Singkat kata Ratu Panggung itu pengusaha kaya raya. Istri Raden Patah ini kerap menjadi sponsor. 


Tentu saja aktivitas halal bihalal di Kraton Demak memutar roda ekonomi. Bisnis lancar, dagang maju. Rakyat makin makmur sejahtera. Strategi Ratu Panggung memang tepat. Keramaian budaya melancarkan usaha rakyat. 


Hari kelima khusus untuk anak kecil. Maka disebut dengan istilah bada kecil. Bertempat di sasana mulya, wilujengan dipimpin ulama kerajaan. Doa dengan bahasa Arab dan bahasa Jawa. Acara ilmiah dilakukan dengan mengkaji kitab klasik. Negara Kertagama, Sutasoma, Suluk, Ihya Ulumuddin dibaca teliti. Kama arta darma muksa selaras dengan syariat terikat hakikat makrifat. 


Ceramah agama dan budaya dilakukan oleh Wali Sanga. Pengembangan keagamaan harus ramah lingkungan. Suasana guyub rukun terjaga. Rahmatan lil alamin. Agama untuk semua warga alam raya. 


Buah pikiran Ratu Panggung tetap relevan sepanjang jaman. Tanah Jawa menawarkan kearifan lokal. Akulturasi budaya berjalan sempurna. Ajaran Kanjeng Sunan Ampel tetap rahayu lestari. Meditasi untuk ketenangan hati. 


B. Sanggar Pamelengan


Lahir batin selalu diperhatikan oleh Ratu Panggung. Idul Fitri Membawa Toleransi. Rintisan halal bihalal idul fitri didukung warga Kasultanan Demak. Panitia halal bihalal berpusat di Masjid Agung. Tahun 1480 acara terselenggara makin jangkep genep genah. 


Peran Ratu Panggung memang besar. Halal bihalal makin sukses. Masjid agung Demak berdiri bersamaan dengan lahirnya kasultanan Demak Bintoro tahun 1478. Raja Demak, Pajang dan Mataram menganggap masjid Demak sebagai pusaka agung. Karena dibangun oleh wali sanga.


Faktor historis dipelajari Ratu Panggung. Saka guru atau tiang penyangga utama masjid agung Demak dibuat oleh Sunan Kalijaga, dengan mengumpulkan serpihan tatal. Kesaktian Sunan Kalijaga menakjubkan. Tatal-tatal yang berserakan dikumpulkan menjadi satu, lantas dianyam menjadi tiang bangunan yang kokoh. Saka guru atau tiang itu berdiri tegak sepanjang masa.


Daya linuwih masjid Demak dianggap wingit dan magis. Disebelah masjid ini bersemayam makam Raden Patah dan Prabu Puntadewa raja negeri Amarta. Prabu Puntadewa dikenal sebagai raja berdarah putih. Beliau memang penguasa negeri Amarta yang suci dan berbudi tinggi, ber budi bawa leksana, ambeg adil paramarta, memayu hayuningrat.


Prabu Puntadewa mempunyai pusaka yang ampuh, tangguh, dan sepuh. Pusaka ini bernama jimat Kalimasada. Makna Jimat Kalimasada atau Jamus Kalimasada ini belum diketahui oleh Prabu Puntadewa maka hidupnya belum bisa sempurna. Oleh karena itu perlu orang yang bisa mbabar kawruh.


Raden Patah sebagai raja Islam di tanah Jawa diminta tolong oleh Prabu Puntadewa, agar menjelaskan makna jimat Kalimasada. Bertempat di Masjid Demak Raden Patah memberi makna Jimat Kalimasada. Sebetulnya kalimasada merupakan pembacaan dua kalimat syahadat. Kalimasada berarti kalimat syahadat.


Dengan dibimbing oleh Raden Patah, lalu Prabu Puntadewa mengucapkan dua kalimat syahadat. Pembacaan dua kalimat syahadat ini disaksikan oleh segenap dewan wali sanga. Seketika Prabu Puntadewa menjadi insan kamil atau hidup yang sempurna.


Tiba saatnya Prabu Puntadewa surut ing kasidan jati, manjing ing tepet suci. Prabu Puntadewa raja negeri Amarta ini wafat. Wali sanga melakukan sholat jenazah Prabu Puntadewa di masjid Demak. Raden Patah dan Wali Sanga melakukan upacara pemakaman untuk mengantar Prabu Puntadewa menuju swargaloka.


Akulturasi budaya Hindu dan Islam berjalan aman damai. Ratu Panggung kerap mengkaji dari aspek etis filosofis. 


Bangunan masjid itu didirikan oleh para wali bersama-sama dalam waktu satu malam. Atap tengahnya ditopang, seperti lazimnya, oleh empat tiang kayu raksasa. Salah satu di antaranya tidak terbuat dari satu batang kayu utuh melainkan dari beberapa balok, yang diikat menjadi satu.


Tiang tersebut adalah sumbangan Kanjeng Sunan Kalijaga. Rupanya tiang itu disusun dari potongan potongan balok yang tersisa dari pekerjaan wali wali lainnya, pada malam pembuatan bangunan itu ia datang terlambat, oleh karenanya tidak dapat menghasilkan sebuah pekerjaan yang utuh.


Tentang Masjid Agung Demak Bintara, Kanjeng Sunan Kalijaga menduduki tempat yang penting. Dialah yang berjasa membetulkan kiblat masjid mengarah ke Mekkah. Kanjeng Sunan Kalijaga jugalah yang memperoleh baju wasiat antakusuma, di tengah para wali yang sedang bermusyawarah.


Baju yang juga disebut Kiai Gundil itu dianggap sebagai salah satu pusaka raja raja Jawa. Kanjeng Kanjeng Panembahan Senopati, Narendra Mataram Hadiningrat pertama yang merdeka pada 1590 dapat mengalahkan Pangeran Madiun karena mengenakan baju tersebut yang membuatnya kebal. Baju itu diterimanya dari Syekh Kadilangu, ahli waris Kanjeng Sunan Kalijaga. Pada 1703 baju tersebut masih disebut sebagai salah satu pusaka kraton.


Kisah mengenai pembangunan Masjid Agung Demak Bintara dan mengenai baju tersebut, ada hubungannya dengan api surga. Ki Ageng Sela, tokoh yang menangkap kilat, di ladang. Ia membawa kilat itu ke Masjid Agung Demak Bintara atau kepada Kanjeng Sultan Demak Bintara. Sebuah relief, yang dibuat di atas pintu gerbang utara bangunan.


Pintu gerbang yang bernama Pintu Bledeg Kilat. Dulu adalah pintu gerbang utama. Kilat yang telah terkurung untuk beberapa waktu, kemudian dapat meloloskan diri atau dibebaskan. Sela adalah suatu tempat di tlatah sebelah timur Demak Bintara.


Ki Ageng Sela yang sejarah itu sangat dimuliakan sebagai moyang trah wangsa Narendra Mataram Hadiningrat. Dua kali setahun Sunan Surakarta menyuruh mengambil api dari lampu di atas makam Ki Ageng Sela, untuk menyalakan lampu di muka ruang sucinya sendiri, di bagian kraton yang paling dalam. Hal api Sela ini tiba di Surakarta dengan arak-arakan yang khidmat, banyak pula pangeran memanfaatkan kesempatan itu untuk menyalakan lampu.


Mukjizat penangkapan kilat di Demak Bintara itu dihubungkan dengan suatu keputusan politik penting. Penghormatan pada Ki Ageng Sela merupakan tradisi trah bagi wangsa Mataram Hadiningrat. Masjid Agung Demak Bintara menjadi pusat bagi umat muslim kuno di Jawa Tengah. Di kalangan itu bahkan ada anggapan bahwa mengunjungi Demak Bintara dan makam orang suci di sana dapat disamakan dengan naik haji ke Mekkah.

Kisah historis itu dicatat oleh Ratu Panggung. Sebagai bahan dokumentasi sejarah. Hebat betul trah Sunan Ampel. 


Nama Kudus yang pada abad ke-16 diberikan kepada pusat keagamaan Islam yang lain, terletak tidak jauh dari Demak Bintara, berasal dari kata al-Quds. Hal nama Arab untuk Yerusalem juga kota suci bagi orang Islam.


Sinuwun Sunan Paku Buwana I di Kartasura berkata bahwa Masjid Agung Demak Bintara dan makam suci di Kadilangu sajalah yang merupakan pusaka mutlak, ugere pusaka ing tanah Jawa.


Pada 1710 ia memerintahkan perbaikan bangunan itu dan mengganti atapnya dengan sirap baru. Sinuwun Sunan Amangkurat II Amangkurat Surabaya pada 1682 mengucapkan sumpah setianya kepada perjanjian perjanjian yang diadakannya di Masjid Agung Demak Bintara.


Betapa pentingnya Masjid Agung Demak Bintara di alam pikiran orang Jawa Islam. Masjid Agung Demak Bintara telah menjadi Kotanegara Islam pertama di Jawa Tengah. Kota yang kemudian dikenal sebagai Kotanegara Kraton Demak Bintara. Kota ini cepat menjadi pusat perdagangan dan lalu lintas, dan menjadi pusat ibadat bagi kelompok menengah Islam yang baru muncul. Politik ngelar jajahan raja raja Demak Bintara dalam masa kejayaannya telah jauh masuk ke Jawa Barat, Tengah, dan Timur.


Kegiatan kultural itu selalu dibarengi dengan dakwah agama, sebab semangat agama raja raja dan pengikut mereka sendiri sedang berkobar-kobar. Raja-raja Demak Bintara menganggap Masjid Agung Demak Bintara sebagai simbol kraton Islam mereka. Masjid Agung Demak Bintara pada abad-abad berikutnya menjadi krusial sekali dalam dunia Jawa, dan itu pada prinsipnya merupakan jasa trah Demak Bintara.


Masjid Agung Demak Bintara merupakan pusat untuk menghormati orang suci, terutama Kanjeng Sunan Kalijaga, wali dan pelindung Jawa Tengah sebelah selatan. Meskipun kekuasaan raja-raja Demak Bintara jatuh, kesetiaan yang berurat berakar terhadap para wali mengakibatkan Masjid Agung Demak Bintara tetap merupakan pusat kehidupan beragama di Jawa Tengah.


Tiap saat Ratu Panggung ikut kerja bakti. Kisah mengenai imam imam Masjid Agung Demak Bintara beserta para pengurusnya sangat terpandang. Di dekat pengimaman Masjid Agung Demak Bintara terdapat sebuah relief yang disemen dalam tembok. Relief tersebut menunjukkan candra sangkala, yakni tahun prastawa berwujud lukisan konkret, namanya mempunyai nilai angka.


Candra sangkala tersebut berwujud lukisan kepala, kaki, tubuh, dan ekor, menunjukkan tahun 1401 Jawa yang sesuai dengan 1479.

Pada pintu gerbang utama Masjid Agung Demak Bintara tertera candra sangkala yang melambangkan tahun 1428 J yakni 1506. Tahun prastawa itu tampaknya dapat dipercaya, tahun-tahun itu bertepatan dengan waktu muncul dan ngrembakanya kekuasaan Kraton Demak Bintara. Tahun 1506 cocok dengan tahun 1507, yakni duk nalikaning Sultan Demak Bintara Kanjeng Sultan Trenggana hadir pada peresmian masjid. 


Prosesi pelaksanaan upacara Grebeg Besaran di mulai setelah sholat Idul Adha yang diselenggarakan di Masjid Agung Demak. Arak arakan di bawah koordinasi Pemerintah Kabupaten Demak, dari Masjid Agung menuju pendopo Sasono Renggo lantas dilanjutkan tahlilan di cungkup kompleks makam Sunan Kalijaga. Mereka yang bertugas berpakaian busana Jawa lengkap yang berbaris mengikuti rombongan ulama yang berbusana serba putih.


Upacara pada kegiatan dakwah Islam yang diselenggarakan oleh para Wali Sanga pada masa silam.

Masjid Agung Demak menjadi titik awal berangkatnya barisan dari anggota karnaval karena amat relevan dengan perjuangan Sunan Kalijaga yang telah membuat tiang atau saka guru.


Oleh karena itu Masjid Agung Demak juga bernuansa historis sekaligus mistis. Dalam berbagai kepustakaan Jawa, terutama serat serat babad Masjid Demak diungkapkan dengan penuh heroisme yang bernuansa magis.


Masjid di samping sebagai tempat beribadah rutin, juga dapat berfungsi sebagai sekretariat bersama. Apalagi bila tempatnya amat strategis, masjid bisa digunakan untuk merancang berbagai program sosial. Ini didasari benar oleh para wali. Seluruh para wali membahas rencana membangun masjid agung untuk berhimpun menyelenggarakan salat jamaah kala berkumpul, juga para adipati di Jawa dan seberang jikalau mereka hadir semua. Janganlah mereka sampai kecewa dan dapat diterima sepantasnya. Sarana haruslah patut menjadi pusaka sang raja.


Kehendak seluruh wali yang delapan membangun masjid baru yang agak besar agar kelak meninggalkan jejak tempat keramat di negeri Demak sebagai pusaka bagi semua raja di Tanah Jawa. Sementara masjid agung lama yang diciptakan Kanjeng Sunan Ngampel saat kejayaan Majapahit sekedar sebagai cikal bakal. Masjid itu diciptakan untuk Sang Adipati Bintara.


Tatkala membuka lahan dan mulai membangun pemukiman yang memancar dari Ngampel atas petunjuk gurunya Kanjeng Sunan Ngampeldenta. Rahadyan Patah membuat pemukiman, membabat hutan di Demak. Tanah perkebunan tebu yang berbau wangi lama kelamaan menjadi kraton. Banyak santri yang belajar di sana, menjunjung tinggi agama Islam. Semua teguh beribadah. Pada waktu itu, Kanjeng Sunan Ngampel Denta.


Garwa prameswari Demak peduli sanggar pamelengan. Datang membuatkan masjid untuk sholat berjamaah. Mengenai ukurannya janganlah para pembaca kisah ini salah mengira. Masjid Agung Demak itu ada dua. Yang satu masjid lama satunya lagi masjid baru. Jangan sampai keliru mengenalinya, berhati-hati dan cermat. Sengkala menjadi pengingat di situ kejelasannya. Kini kisah berlanjut lagi, mereka para wali bermusyawarah akan membuat pusaka persalatan agung. Semua sudah bersepakat. Dimulailah pekerjaan, mereka berbagi kerja. Masing-masing bertanggung jawab dengan tugasnya. Sudah diukur dengan seksama besar dan kecilnya, panjang dan pendeknya bagian bangunan. Semua unsur bangunan masjid digambarkan beserta ukurannya, demikian pula lama waktu pengerjaannya.


Dihimpun seluruh bagian menjadi sebuah kerangka. Dicocokkan bagian bagian tetapnya, balok yang menjadi puncaknya. Seluruh wali mengambil tugas, lengkap dengan wali kesembilan Panembahan Bintara.


Tatal Masjid Demak selalu dirawat Ratu Panggung. Saka guru yang berjumlah empat bagian para Wali Sanga. Sementara, saka pembantu yang berjumlah dua belas yang terletak di antara saka pinggir dan di luar saka guru yang empat adalah tugas para wali bawahan. Kanjeng Pangeran Atas Angin, Syekh Siti Jenar, Pangeran dari Gerage, Raja Brahmana Penguasa Gresik, Pangeran Bawean, Sunan Cendana.


Sunan Geseng, Pangeran Cahyana yang dimakamkan di Gunung Lawet, Pangeran Jambukarang, Pangeran Kurawang, Syekh Wali Lanang, Syekh Waliyulislam. Juga Syekh Maghribi, Syekh Suta Maharaja, Syekh Parak dan Syekh Bentong, Raja Brahmana Galuh, Raja Brahmana di padepokan Pemalang, Brahmana Karangbaya. Juga Kanjeng Sunan Katib, Sunan dari Panataran, Sunan Tembalo, Sang Brahmana Ngusman Nuraga, Brahmana Ngusman Aji mereka mempunyai tugas saka bagian tengah.


Adapun saka pinggiran berjumlah dua puluh. Ditugaskan untuk mengerjakan saka pinggir ini para wali dan Brahmana yang menjadi perdikan, para ulama yang hebat dan agung, para mufti dan hukama. Para zahid dan ngabid yang taat, para ahli mistik mungahid dan ahli iman. Mereka itu mukmin yang terpilih dan orang-orang yang sholeh. Mereka bertugas mengerjakan saka pinggir. Sedangkan gelagar utama, yang menjadi alas puncak dan usuk pangkal. Dengan gelagar penopang utama.


Gelagar pelat ditangani oleh para adipati. Sedangkan gelagar penopang kedua dan semua jurai pelipit serta bubungan agung baik yang di atas maupun yang di bawah. Menjadi tugas bagi seluruh satria, kerabat raja besar maupun kecil. Adapun semua usuk dan yang menjadi pagar pembatasnya sudah ditugaskan kepada para mantri hulubalang. Punggawa mantri terkemuka. Sementara semua sirap yang dipakai untuk atap. Semua menyumbangkan material. Ketika itu mereka pun bubar, sesudah menyepakati hari pengumpulan bagian bangunan.


Mereka semua pulang ke rumahnya masing-masing untuk mengerjakan bagian bangunan yang menjadi tugasnya. Tak diceritakan di sini lama pengerjaannya. Dan perakitan kerangka bagian atas sudah disusun, jadilah semua. Sudah dirakit tiap bagian dengan serasi, demikian pula dengan bagian dalamnya, semua tiangnya, sudah disusun.


Gelagar pengikat dan gelagar pelat sudah disusun semua. Yang ketinggalan hanyalah tiang utama. Yang empat, ketika itu baru dimulai. Ketika akan dirakit, tiang utama kurang satu, baru tiga jumlahnya. Maka Sunan Bonang pun menanyakan tentang Sunan Kalijaga mengapa tidak kelihatan sedang tugasnya belum diselesaikan. Tiang utama yang menjadi bagian tugas Sunan Kalijaga tiada tanda tandanya.


Hanya tafakur menyendiri terlihat tenang-tenang saja. Kini perakitan tiang-tiang itu semakin terdesak oleh waktu. Waktu semakin mendesak oleh karena besok haruslah sudah berdiri tegak Masjid Agung.


Kanjeng Sunan Kalijaga tersentak lalu mendekat ke depan mendapat marah dari Kanjeng Sunan Bonang Sang Penguasa Jagad. Kanjeng Sunan Kalijaga berhatur sembah menunduk menerima marah. Lalu pergilah Sunan Bonang dari hadapan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga kemudian menuju tempat orang yang sedang bekerja, mengumpulkan kepingan kayu terserak.


Teramat banyak jumlah potongan kayu yang dibopongnya. Keping- keping itu diikat, ditata, disusun dengan cermat oleh Sunan Kalijaga.


Bagaikan orang membuat obor berbentuk silinder bulat nan panjang, tinggi dan langsing. Sunan Kalijaga merasa cocok hatinya. Kisah ini memberi berbagai macam kearifan simbolik kepada kita. Bahwa tak ada rotan, akar pun jadi adalah sebuah kreativitas yang patut dihargai. Soal-soal sepele pun bisa bermakna.


Masjid Demak bukan saja sebagai pusat ibadah, tetapi juga sebagai ajang pendidikan mengingat lembaga pendidikan pesantren pada masa awal ini belum menemukan bentuknya yang final. Masjid dan pesantren sesungguhnya merupakan center of excellence yang saling mendukung dan melengkapi dalam membentuk kepribadian muslim yang berakhlakul karimah, toleransi pada sesama dan mempunyai sikap saling menghormati. Ratu Mas Panggung mengerti arti penting kebudayaan. Halal bihalal yang berpusat di Masjid Agung menjadi bahan referensi yang berharga. Wedharan Sunan Ampel sebagai bahan pencerahan. 



C. Tata Cara Budaya


Pelopor ritual kerajaan. Halal bihalal Kraton Demak. Tradisi Halal bihalal dirintis oleh Kanjeng Ratu Mas Panggung sejak tanggal 8 Oktober 1479. Usuha kultural ini didukung penuh oleh Kanjeng Sunan Ampel. Segenap warga Semampir Surabaya hadir. 


Kraton Demak Bintara melanjutkan Kerajaan Majapahit. 

Jaman kejayaan kraton Majapahit sesungguhnya tetap diteruskan oleh kraton Demak Bintara. Pusaka Majapahit juga tetap diuri uri oleh Demak Bintara.


Usulan Ratu Panggung sangat cerdas. Misalnya Gong Kyai Sekar Delima berkumandang saat perayaan Grebeg Mulud. Kyai Gunturmadu dan Guntursari ditabuh selama tujuh hari di Masjid Agung.

Kerajaan Demak Bintoro berdiri pada tahun 1478.


Rajanya bernama Raden Patah atau Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Patah Jimbun Sirullah. Raden Patah adalah putra Prabu Brawijaya V, raja Majapahit. Ibunya adalah Putri Cempa atau Ratu Dworowati. Sejak kecil Raden Patah belajar agama Islam kepada Aryo Damar di kota Palembang. Dengan demikian Kasultanan Demak Bintoro merupakan kelanjutan dari kerajaan Majapahit.


Dhandhanggula Sultan Demak


Kanjeng Sultan samana undangi,

Arsa tindak marang Kalijaga,

Arsa mboyongi karsane,

Dhumateng kang pilungguh,

Kalijaga sang mahayogi,

Samekta ponang bala,

Bidhal Sang Aprabu,

Watara wong tigang leksa,

Kang umiring pra dipati pepak sami,

Busana warna warna.


Den pondongi mring Demak Nagari,

Anglegani wau Sang Pandhita,

Nalika sung sugatane,

Dhawuh mring pra wadya gung,

Samya saos godong pribadi,

Pra dipati satrya,

Mantri sadaya wus,

Lurah pakathik sadaya,

Kang Sinuhun angliwet amung sakendhil,

Kendhil Siyem kinarya.


Bekta solet mubeng Sang Ayogi,

Ngedhuk liwet ingarepanira,

Pra dipati dhewe- dhewe,

Dalah sabalanipun,

Nora telas kendhil sawiji,

Tuwuk wong tigang leksa,

Kendhile kinedhuk,

Parandene dereng telas,

Karamate wong tigang leksa asami,

Langkung nikmat ing jasat.


Nulya tatal tinumpukan aglis,

Sinambungan wis dadi sak saka,

Susunan Kali sabdane,

Enjingira winuwus,

Yata pepak kang para wali,

Susunan Ngudung prapta,

Wus tumameng ngayun,

Pangeran Dipati Bintara,

Kang Sinuhun ing Bonang ngandika aris,

Lah payo lekasana.


Masa keemasan Kasultanan Demak Bintoro berdampak pada kemakmuran rakyat di seluruh kawasan tanah Jawa. Ratu Panggung tersohor di tlatah Ampel Surabaya. 


Narendra gung binathara. Berturut turut raja yang memerintahkan dengan bijaksana di kerajaan Demak Bintoro.


1) Tahun 1478 - 1518.

Raden Patah atau Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Patah Jimbun Sirullah I. Sejak kecil sudah punya pengalaman mobilitas tinggi. Beliau termasuk pangeran dalam kategori kosmopolit.


2) Tahun 1518 - 1521.

Pati Unus atau Pangeran Adipati Sabrang Lor atau Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Yunus Sirullah II. Terkenal sebagai pelaut ulung. Mengarungi samudra hingga laut Merah Afrika. Beliau pelopor ketrampilan maritim.


3) Tahun 1521 -1539.

Sultan Trenggono atau Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Mahmud Rosid Sirullah III. Beliau seorang ilmuwan tangguh. Kitab tasawuf diterjemahkan dalam bahasa Jawa. Pemuda pemudi dikirim ke Turki dan bagdad.


4) Tahun 1539 -1546.

Sunan Prawoto atau Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar Amirul Mukminin Sirullah IV. Berpengaruh di kalangan pesantren pesisir. Beliau mengajarkan kesalahan sosial. Suka lara lapa tapa brata di alas sukalila.


Jasa Ratu Panggung tiap tanggal 8 Oktober diperingati. Ada pengusaha besar dari Aceh atau kerajaan Samudra Pasai. Dia adalah Pangeran Hadirin yang menikah dengan putri Sultan Trenggono, yaitu Kanjeng Ratu Kalinyamat. Pangeran Hadirin dan Ratu Kalinyamat menjadi orang yang kaya raya. Usahanya meliputi perdagangan, pelayaran, pelabuhan, pertukangan, perkebunan dan pertanian. Tokoh ini merupakan sponsor dan donatur Kasultanan Demak Bintoro. Jasanya sungguh besar.


Nimas Ratu Kalinyamat. Tilar wisma sumengka anggane wukir. Tapa wuda sinjang rambut. Aneng gunung Danaraja. Apratignya tan arsa tapihan ingsun. Yen tan antuk adiling Hyang. Patine sedulur mami.


Wasiat itu diperhatikan. Begitulah prasapa Kanjeng Ratu Kalinyamat. Beliau amat setia dengan suami. Berkat perjuangan pada rakyat, beliau dipercaya menjadi Bupati Jepara pertama. Ratu Kalinyamat juga mendidik Bupati Glagahwangi, Purbalingga, Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, Tegal, Batang, Kendal dan Madiun. Ratu Kalinyamat sponsor utama kepala daerah masa Kasultanan Demak Bintara. Ratu Panggung berperan besar. 


Suluk Sunan Bonang referensi buat Ratu Panggung. Kebudayaan Jawa dan Islam mengalami pembaruan. Kitab tasawuf disusun dengan menggunakan metrum tembang macapat. Misalnya suluk Sunan Bonang, suluk sujinah, suluk Malang Sumirang, suluk Syekh Malaya suluk Tekawardi. Semua membahas ilmu makrifat Kejawen. Ngelmu rasa jati. 


Sasmitaning ngaurip puniki. Mapan ewuh yen tan weruha. Tan jumeneng ing uripe. Banyak simbol simbol Islam Kejawen yang perlu pemahaman semiotik. Perlu studi khusus untuk memahami Islam Kejawen yang memadukan agama dan budaya Jawa. Begitulah ajaran Wali Sanga. Kabudayan pandoming bebrayan. 


Kanjeng Ratu Mas Panggung sadar arti penting perayaan Idul Fitri. Perpaduan harmonis antara tasawuf Islam dengan ajaran Kejawen tersaji dalam cerita dewaruci. Di sana lantas dikenal adanya istilah Manunggaling kawula Gusti. Ungkapan ini mengandung pengertian teologis, sosiologis dan politis. Pemikiran yang lahir sejak jaman Kraton Demak Bintara ini amat populer di lingkungan Kejawen. Jawa jiwa kang kajawi. 


Kanjeng Ratu Mas Panggung garwa prameswari Raden Patah. Punya visi misi yang jauh ke depan. Tiap tanggal 8 Oktober menyelenggarakan festival budaya di Kraton Demak. Ampel berpengaruh atas diri garwa prameswari Raden Patah. 


Putri Sunan Ampel ini memadukan unsur agama dan budaya. Lebaran Idul Fitri dibuat dengan kegiatan yang menarik. Lontong kupat sajian lebaran disuguhkan saat halal bihalal. Perayaan Idul Fitri selalu diberi warna budaya oleh Ratu Mas Panggung. Suasana beragama terasa njawani. Keberagaman sangat dihormati. Agama ageming aji. Wejangan Sunan Ampel terkenal di kawasan bang wetan. 


Ratu Panggung mendapat didikan budaya dari wilayah Ampel Surabaya. Halal bihalal idul fitri  diselenggarakan generasi sekarang tiap tahun. Tradisi seni budaya ini telah dirintis oleh Kanjeng Ratu Mas Panggung. Putri Sunan Ampel yang menjadi istri Raden Patah raja Kasultanan Demak Bintara.


Bang Wetan merupakan asal Ratu Panggung. Sunan Ampel merupakan leluhur garwa prameswari Raden Patah. Raja Kasultanan Demak Bintoro. Mendapat sokongan dari Wali Sanga. Kraton Demak makin arum kuncara ing jagad raya.red

Share:
Komentar

Berita Terkini