SERAT CENTHINI SUMBER KAWRUH JAWI

Share:


Ist


GARDA.ID | SERAT CENTHINI SUMBER KAWRUH JAWI


Dr Purwadi, M.Hum. 

Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara  LOKANTARA. 

hp.087864404347


1. Paku Buwana V Sebagai Raja Pujangga. 


Serat Centhini karya Paku Buwana V. Tanggal 28 Maret 2021 telah diselenggarakan upacara nyadran di Pajimatan Imogiri. Kaswargan Sinuwun Paku Buwana III, Paku Buwana IV dan Paku Buwana V dalam satu tempat. Ketiga narendra sebagai raja pujangga 


GKR Dra Koes Moertiyah Wandansari M.Pd memimpin tata cara adat. Dengan didampingi pangageng pasiten, GKR Retno Dumilah SH M.H. Para pendherek terdiri dari sentana dan abdi dalem. Warga Pakasa Nganjuk mendukung penuh. Dipimpin oleh KRT Sukoco Madunagoro, KMT Ida Madusari, Nyi Behi Indarti Puspodiprojo, Nyi Behi Sunarmi Sekar Rukmi. Bersama dengan Pakasa lain, tata cara ini berusaha untuk ngalap berkah. 


Kanjeng Sinuwun Paku Buwana III menciptakan serat Wiwaha Jarwa. Sinuwun Paku Buwana IV menciptakan Serat Wulangreh. Sinuwun Paku Buwana V menciptakan Serat Centhini. Karya lestari sepanjang jaman. Bagi abdi dalem Karaton Surakarta Hadiningrat, sastra piwulang merupakan sarana untuk memahami pandam pandom panduming dumadi. 


Keagungan serat Centhini adalah contoh hasil reriptan Paku Buwana V. Karya Sinuwun Paku Buwana V yang terkenal adalah Serat Centhini. Pandangan hidup Jawa dalam Serat Centhini adalah saripati perjalanan hidup orang Jawa sepanjang waktu. 

 Demikian rupa sehingga orang Jawa men­jadi Jawa. Jadi identitas Kejawaan tadi adalah hasil suatu proses yang panjang, melalui seleksi kualitatif. Centhini memang karya unggul. 


 Umpamanya becik katitik ala katara, berhubung dengan nilai -nilai kehidupan.

Kesemuanya itu dapat kita temukan dalam berbagai wulang­ wulang kajawen, yaitu berbagai kepustakaan Jawa. 


Ajaran tentang kearifan hidup menurut orang Jawa, misalnya serat Jati Suara, Centhini sastra gending, Pangracutan, Hidayat jati, Wulangreh, Wedhatama, ajaran Ki Ageng Suryomataram, ajaran Sosrokartanan, Jati Murti, Kacawirangi, Madurasa, Wewa­dining Rasa. Terbukti yang sampai dengan saat sekarang ternyata masih menjadi bahan bacaan. Walaupun identitas kejawaan tersebut juga masih terus menerus ikut berproses. Nuting jaman kelakone. 


Misalnya dalam rangka memahami ungkapan wong Jawa kari saparo. Ajaran tentang kearifan hidup tadi juga terungkap pada tata­ bangunan, tata kota, adat istiadat, berbagai upacara, kesenian terutama Wayang Kulit, sopan santun, tata bangsa, pemberian nama. 

Lambang sasmitaning ngaurip, salah satu hasil karya dalam kesusasteraan Jawa yang amat terkenal adalah serat Centhini. Naskah ini sudah terlalu banyak dibicarakan orang dan ditulis beritanya di dalam surat-surat kabar. Padahal di dalam masyarakat tidak beredar buku itu. Begitu pentingnya karya jarwan. 


 Serat Centhini adalah sebuah pustaka Jawa yang ditulis pada tahun 1814 M oleh sebuah team pengarang yang disusun oleh Putra Mahkota Kerajaan Surakarta bergelar Adipati Anom Amengkunegara. Kelak jumeneng narendra menjadi Sinuwun Paku Buwono V tahun 1820-1823 Masehi. Team itu terdiri dari beliau sendiri sebagai pemimpin koordinator. Demi sukses kerja dengan para anggota anggotanya Ki Ngabehi Rangga Sutrasna, Ki Ngabehi Yasadipura II dan Ki Ngabehi Sastradipura yang sesudah haji berganti nama Kyai Haji Muhammad Ilhar. Tim ahli yang amat mumpuni. 


Pustaka tersebut terkenal sangat banyak sekali isinya, bermacam ragam, mengandung berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesusasteraan,  kesenian, falsafah, keagamaan, mistik, ramalan, pralampita, adat tatacara, sifat tabiat manusia dan hewan hewan, obat obatan dan lain- lainnya. Masih terlalu banyak untuk disebutkan semuanya, bahkan soal soal sanggama yang porno pun terdapat di dalam naskah. Kombinasi alternatif itu akan masih dapat berkembang. Isi Centhini jangkep genep. Namun bukan maksudnya untuk begitu saja othak-athik mathuk yang hanya akan mengundang orang untuk memperkaya.  Sebagaimana yang justru terjadi dalam kehidupan nyata, yaitu meleceh­kan seksualitas, salah tetes, Kama salah, sehingga oleh karenanya kala lalu merajalela, mencari pihak pihak yang montang manting, diancam sengat Kalabang, Kala jengking, atau kena jerat Kala laso lilitan sihiran konsumtivisme di era mutakhir. 


Warah becik selalu menarik. Hal menarik dari beberapa kombinasi tersebut di atas ialah kata bathara, khususnya Kama Bathara. Dari situ kits lain menang­kap tanda tanda zaman, bermula dari sosok Kamajaya, yang menjadi pandam pandom panduming dumadinya. Kita merasa sangat berbahagia bahwa jerih payah beliau berdasarkan filsafat hidup. Syukur ketika berkelapangan dan sabar ketika berkesempitan. Lain kata atau Polah mawi pasrah, pasrah mawi polah, telah terselesaikan dengan sukses, yaitu transkripsi ensiklopedia budaya Jawa. Serat Centhini sebagai dokumen peradaban. 


Oleh karena itu serat Centhini terkenal pula disebut sebuah ensiklopedi. Adapun tentang segala ilmu yang terdapat di permukaan bumi pulau Jawa. Bukan yang terdapat di lain lain benua. Perhatian masyarakat, bahkan perhatian bangsa bangsa asing kepada serat Centhini makin meningkat, terutama sesudah tim peneliti menerjemahkan karya besar itu ke dalam bahasa Indonesia di bawah pimpinan Prof Dr Notonagoro. Beliau menantu Sinuwunp Paku Buwana X raja Karaton Surakarta Hadiningrat tahun 1893 - 1939. Lepas dari usaha mulia yang ilmiah itu, masyarakat luas amat memerlukan dan ingin sekali mengenal Centhini dan segala sesuatu di sekitar pustaka yang mashur itu, terutama sekali isinya. Padahal Serat Centhini sangat besar. 


Karya Paku Buwana V juga disebut Suluk Tambangraras, oleh karena sebagian besar dari isinya mengandung ilmu filsafat dari Agama Islam yang diwejangkan oleh Syekh Amongrogo ialah putra Wali Sunan Giri Perapen kepada istrinya bernama Ken Tambangraras, ialah putri sulung Kepala Perdikan Wonomarto, Kabupaten Mojokerto ketika habis dinikahkan, selama 40 empat puluh hari siang dan malam terus menerus secara urut sistematis mulai dari syariat, tarikat, hakikat lengkap sampai makrifat. Abdi dalem pelayan Ken Tambangraras bernama Ken Centhini selalu mengikuti dengan penuh perhatian. Segala wejangan Syekh Amongrogo kepada Ken Tambangraras. Maka dari itu pustaka ini diberi nama Serat Centhini. Perlu diterangkan, bahwa nama Centhini, itu lebih mudah diucapkan dan lebih populer dari pada nama Tambangraras.


Adapun riwayatnya demikian Pada  1735 dengan sengkalan Tata Guna Swareng Nata tahun 1808 M.p Sinuwun Paku Buwono IV Surakarta selesai menggubah Serat Wulangreh, yang berisikan kaidah kaidah ketuhanan , kesusilaan dan kesosialan. Pustaka ini diberikan kepada Putra Mahkotanya untuk ditelaah seperlunya. Menurut pandangan Sang Putra Mahkota, Serat Wulangreh itu baik sekali. 


 Sinuwun Paku Buwana V ingin mengarang suatu pustaka Jawa yang berisikan segala ilmu ilmu, pengetahuan pengetahuan, ceritera ceritera, dongen dongeng, sejarah sejarah, primbon primbon, kepercayaan kepercayaan, tatacara tatacara, upacara upacara, aliran aliran kebatinan, perguruan perguruan kerohanian, keadaan, keadaan tanah, gunung, sungai, hutan, telaga, sumber, laut, kehidupan dan penghidupan penduduk, dengan pendek: segala sesuatu yang pada masa itu ada di permukaan dan di dalam bumi Jawa mulai dari Anyer sampai Banyuwangi.

Karaton Surakarta Hadiningrat merupakan istana kapujanggan. Literasi berguna untuk membuat kecerahan dunia. 


2. Paku Buwana V Mengangkat Abdi dalem Kapujanggan. 


Karaton Kapujanggan sebutan yang tepat. 

Penyusunan Pustaka demi kemajuan ilmu pengetahuan. Terlebih dahulu harus dipersiapkan bahan bahan segala macam guna menyusun pustaka itu. Untuk keperluan tersebut Sang Putra Mahkota memberi tugas kepada 3 orang pegawai kedhaton urusan tulis menulis kepujanggaan. 


Kyai Ngabehi Rangga Sutrasna, ahli bahasa Jawa dan kepustakaan Jawa, harus menjelajah separuh Tanah Jawa sebelah Timur, mulai dari Surakarta sampai Banyuwangi­. Adapun berangkatnya melalui Jawa, Tengah sebelah Utara, kembalinya melalui Jawa Timur sebelah selatan. Kyai Rangga Sutrasna diberi bekal dan perlengkapan lebih dari cukup guna menjalankan tugasnya, yakni melihat,  mendengarkan, menyelidiki segala sesuatu yang dijum­pai dan mencatat dan mengingat ingatnya, jangan sam­pai lupa.


Bangun kepribadian atau tipe kejiwaan seperti itulah yang gemar bertapa, dianugerahi senjata yang ampuh oleh Dewa, pe­mangku wahyu, serta diikuti oleh panakawan. Di samping berbagai pemaparan tentang hal hal yang korelatif tadi, wayang atau lebih tepatnya pergelaran wayang kulit, juga menyangkut sosok jejer serta lakon. Di dalamnya terjabar pola­ pola permasalahan yang tetap, akumulasi problematikanya, lalu munculnya cahaya bulan  titik terang sekaligus titik balik dari berbagai krisis tadi gara gara, yaitu penyelesaian permasalahan­nya.


 Pada bagian akhir dari pertunjukkan tadi, dimainkanlah oleh dalang pertunjukkan golek kayu artinya: mencari makna pergelaran kehidupan siap menyongsong kehidupan, menjelang momentum byar, sementara pemirsa di dalam dari balik kelir lalu keluar. Inilah momentum recalcitrant. Dalam wayang tergambar juga soal soal kesadaran dimensional. Wayang itu sendiri sendiri melambangkan berbagai situasi struktural. Unggah ungguhing basa, kasar alusing rasa, jugar genturing tapa. 


Wayang di tangan Dalang melukiskan hubungan fungsional, sedang hubungan kesemuanya itu di tangan Dalang terhadap kepada tuan rumah penanggap adalah soal soal esensial. Pola hubungan seperti itu mirip dengan ajaran melalui kereta raja dan permaisuri. Tali rasa rasa tali atau madurasa, antara raja dan kusir. Madu basa, antara kusir dan kuda, dihubungkan oleh tali yang lentur; antara kuda dan kereta, oleh kayu, antara kereta dan tanah oleh roda. Cakra manggilingan. 

Pokok pokok Filsafat Jawa atau pandangan, Sikap dan cara hidup Jawa itu tercermin dalam kata kata kunci wulang wulang Kejawen. Berdasarkan paugeraning dumadi pandam pandom­ panduming dumadi, serta sangkan paraning dumadi.


Pujangga istana mendapat tugas mulia. Kyai Ngabehi Yasadipura II, putra Kyai Ngabehi Yasadipura tahun 1729-1801 Masehi diberi tugas menjelajah separuh Tanah Jawa sebelah barat. Mulai dari Surakarta sampai Anyer. Berangkatnya melalui Jawa Tengah sebelah utara. Kembalinya melalui Jawa Barat sebelah selatan. Abdi kapujanggan mendapat tugas istimewa. Kyai Yasadipura II diberi bekal dan perlengkapan penuh guna melakukan tugasnya seperti Kyai Rangga Sutrasna. Adapun tugasnya juga sama dengan tugas Kyai Rangga Sutrasna, abdi juru tulis Paku Buwana V. 


Orang  yang diberi tugas ikut menyusun buku ensiklopedi tersebut ialah Kyai Ngabehi Sastradipura. Beliau seorang pencinta bahasa Arab dan ilmu ilmu keagamaan terutama keislaman. Pegawai ini ditugaskan naik haji ke Mekkah dan kemudian tinggal di sana untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam. Ketika selanjutnya kembali di Jawa ia ganti nama dan sebutan menjadi Kyai Haji Muhammad Ilhar.


Pangeran Pati bekerja teliti. Tiga orang petugas tersebut di atas kumpul kembali di Kedhaton Kadipaten tempat kediaman Putra Mahkota Surakarta lengkap dengan segala bahan bahannya, lalu dibentuk semacam team terdiri atas Putra Mahkota sendiri sebagai pemimpin koordinator dan tiga orang petugas tadi sebagai anggota anggotanya.


Adapun tugas tersebut ialah merencanakan isi buku ensiklopedi, menentukan bentuknya dan kemudian menjalankan rencana itu menjadi kenyataan. Sesuai dengan watak danp sifat Sang Putra Mahkota segala sesuatu dapat berjalan dengan cepat dan lancar.  Dapat dimengerti bahwa team tersebut memerlukan pembantu banyak sekali ketika menulis tema tema yang bersifat khusus tentang sesuatu kejuruan,  misalnya tema tentang wesi aji, primbon, seni tari, ilmu kanuragan. 


Team ensiklopedi Jawa berpendapat bahwa cara menghidangkan segala macam ilmu ilmu, ceritera ceritera dan agama agama kepada khalayak ramai tidak secara urut dan sistematis seperti buku ilmu pengetahuan biasa yang sifatnya kering gersang menjemukan pembacanya, melainkan berwujud ceritera ceritera tentang pengembaraan, dalam bahasa asing. 

 Agar agar buku ciptaan baru itu dapat menarik dan memikat perhatian para pembacanya, maka team pembuat buku mengambil ketetapan. Paheman minulya. 


 Pustaka baru itu ditulis dalam bentuk puisi tembang dalam bentuk puisi tembang dengan sekar macapat dan tengahan. Berwujud pustaka ceritera ceritera tentang pengembaraan. Berisikan segala macam ilmu ilmu dan pengetahuan pengetahuan lahir batin,  kasar halus,  awam gaib, biasa dakik yang ada di permukaan bumi Jawa pada tahun 1814 M yang mengesankan. 


 Khusus atas kehendak Sang Putral Mahkota ceritera ceritera, dongengl dongeng, peristiwa peristiwa, wejangan wejangan, wedaran wedaran dan lain lain harus diselingi dengan lakon asmara yang mantap dan mengesankan bagi para pembaca. Pustaka  yang bernafas kepornoan, kanan digubah oleh Sinuwun Paku Buwana V selaku Ketua Team sendiri.


 Namanya ditetapkan Serat Centhini. Pekerjaan besar tersebut mulai dikerjakan pada hari Sabtu Pahing, tanggal 26 Muharam tahun Je, Mangsa VII, angka tahun Jawa 1742 dengan sengkalan : Paksa Suci Sabda Aji atau bulan Januari 1814l M. Pada saat itu telah berkembang pemikiran maju. 

Hubungan Jawa dengan Madura lewat jalur genetis. Pernikahan Raja Mataram dengan putri Pamekasan. Yakni GKR Handayawati dan GKR Kencono Wungu. 


KGPH Mangkubumi begitu pintar bicara warisan leluhur. Karaton Surakarta punya ragam benda kuna. 


3. Paku Buwana V Pencipta Tari Bedhaya Ludira Madu. 


Tari Ludira Madu diciptakan oleh Sinuwun Paku Buwana V. Sebagai persembahan buat Ibunda, GKR Handayawati. Garwa prameswari Sinuwun Paku Buwana IV inil berasal dari Pamekasan Madura. 


Radya pustaka tempat kitab kuna. Paku Buwana V memberi warisan efigrafi.  Halaman folio tulisan tangan huruf Jawa. Di antara naskah naskah dalam kepustakaan Indonesia boleh kiranya dituturkan bahwa Serat Centhini itulah yang terbesar, dan juga yang terlengkap isinya dan pula terunik wujudnya.


Konsep harmonisasi sosial dalam budaya Jawa, adalah bagian dari honsep harmonitas total menurut pandangan Hidup Jawa. Pandangan hiduu, sesuai sari pati jalanan hidup rang Jawa sepanjang masa, sedemikian rupa sehingga Orang Jawa menjadi Jawa. 

Jadi identitas kejawaan tadi adalah hasil suatu proses yang panjang, melalui seleksi kualitatif, berhubung dengan nilai­n lai kehidupan.


Kesemuanya itu dapat kita temukan dalam berba­gai wulang wulung Kajawen. Yaitu berbagai kepustakaan Jawa, yang berisi ajaran tentang kearifan Jawa kearifan hidup menurut orang Jawa, misalnya Serat Jatiswara, Centhini, Sastra Gendhing, Pangracutan, Hidayat Jati, Wulangreh, Wedha Tama, Ajaran Ki Ageng Suryomataram. 



 Ajaran Sosrokartanan, Jati Murti, Kacawirangi, Madurasa, Wawadiningrasa, yang sampai dengan saat sekarang ternyata masih menjadi bahan bacaan, walaupun identitas kejawaan tadi juga terus menerus ikut ber­proses, misalnya dalam rangka memahami ungkapan. Wong Jawa kari saparo. Ajaran kearifan hidup tadi juga terungkap pada tata bangunan, tata kota, adat istiadat, upacara upacara, kesenian­ kesenian, terutama wayang kulit, sopan santun, tata bahasa, pemberian nama. 

Konsep harmonitas yang umum atau total tadi, terungkap melalui pernyataan pernyataan. Sangkan paraning dumadi, hamemayu hayuningrat, Pamoring Kawula Gusti. Kesemuanya itu merupakan suatu metafisika khusus ketuhanan, kosmologis serta antropologis dalam hal Ketuhanan.


 Pandangan hidup Jawa meng­isyaratkan suatu filsafat proses, yaitu Tuhan sebagai. Pandoming Dumadi demikian pula dalam hal kosmologis, alam semesta ini sebagai Pandoming Dumadi. Sedangkan mengenai masalah masa­lah kemanusiaan, asas kearifan terungkap melalui kata kata pandoming dumadi.

Akibat dari tebalnya, maka jarang sekali di antara para pembaca yang telah dapat membaca serat Centhini seluruhnya. Pada umumnya mereka hanya suka membaca  dari pustaka tersebut yang sesuai dengan kegemarannya. 


Di antara perpustakaan perpustakaan di Indonesia yang terang mempunyai serat Centhini   dan seragam bentuk bersama dengan tulisannya kiranya hanya perpustakaan.

Serat Centhini yang baku itu mulai dengan macapat. 


Sinom. 


Sri Narpatmaja sudibya,


talatahing Nuswa Jawi,


Surakarta Adiningrat,


hagnya ring kang wadu carik, Rangga

Sutrasna. 


 kinanthi


Mangun reh cariteng dangu, 


sanggyaning kawruh Jawa,


tinengran Serat Centhini,


kang minangka dadya lajering carita.


Tembang dalam satu pada ini tercantum beberapa keterangan tentang Serat Centhini. Perkataan Sri Narpatmaja, berarti Pangeran Adipati Anom. 


Hal menunjukkan bahwa nama tembang pertama di dalam Serat Centhini.  Beliau adalah Putra Mahkota Kerajaan Surakarta pada masa itu th. 1814 yang unggul. Beliau memberi perintah kepada carik  bernama Rangga Sutrasna agar menyusun sebuah pustaka yang mencantumkan segala macam ilmu ilmu pengetahuan di Jawa sejak dahulua hingga pada masa itu. Pustaka itu diberi nama Serat Centhini. 


 Ngecer laku ingkang wus aprapti,


dhepokira nenggih sowang sowang,


susugun marang dhayohne,


tan ninang lan ing dangu,


enjangira laju lumaris,


ingkang anglantur lampah,


marang dunungipun,


mangulon tujuning sedya,


saya suda lampahe kang arsa mulih,


pamungkas Wonotoko. 


Hal diceriterakan bahwa para kyai yang bertamu di Krajan Wonomarto tempat Kyai Bayan  Panurto, meninggalkan tempat itu dan pergi pulang ke padepokan masing masing. Mereka singgah dan bermalam di tempat para dhayoh yang dilalui dalam pengembaraannya menuju ke tempat kediaman masing masing. 


Pada tempat tempat di mana mereka singgah selalu dijamu dengan suguhan. Rombongan tedhayoh tersebut makin makin makin kecil. Mereka menuju ke arah barat, tujuan tedhayoh kyai yang terakhir ialah Padepokan Wonotoko, terletak pada lambung gunung Lawu sebelah timur.

Adapun letak Krajan Wonomarto ada di daerah Kabupaten Wirosobo. Sampai di sini sesungguhnya Serat Centhini sudah selesai semua ceriteranya. Lelakon kang wus kawuri. 


Pan pinugut wedharing palupi,


punang Serat Centhini karannya,


wawejangan pamungkase,


mamardi maring kawruh,


ing kajaten jatining urip,


wikane reh kahanan,


hananing Maha Gung,


sajati jatining janma,


wus jinajah jejering janma majaji,


kang jinurung ing sedya. 


Kaderpaning panggalih Sang Aji,


kang jinumput wijanganing kata,


tinaliti saturute,


tetelane tinutur,


titi tatas tataning gati,


sakwehning kang kinata,


wus samya ingimpun,


hala hayuning pakaryan,


kawruh miwah ngelmuning kang lahir batin,


winedar mring pra mudha. Ibunda Paku Buwana V bernama GKR Handayawati. Putra Adipati Cakraningrat IV, Bupati Pamekasan Madura. Demi darma bakti pada sang Ibu, beliau menciptakan tari Ludira Madu. 


4. Paku Buwana V sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan. 


Aneka Ragam Kawruh dikelola oleh Sinuwun Paku Buwana V. Sejarah Tanah Jawa, Riwayat hidup, Siasat perang, politik. Ramalan, Ramalan Tanah Jawa, Jangka Jayabaya, Ramalan hari kiamat menurut hadis Nabi, Pralambang Negara negara di Jawa. Etika  Berbentuk Palupi, Berbentuk Papali, Berbentuk Dongeng, Ceritera, Berbentuk Perlindungan Allah kepada orang-orang yang jujur.


Putra mahkota bernama GRM Supardan. Kelak bergelar Sinuwun Paku Buwana VI. Memerintah tahun 1823 - 1830. Menciptakan Serat Babat Joko Tingkir. 


Bidang kepurbakalaan meliputi candi candi, peninggalan peninggalan kuna, benda benda kuna. Misalnya meriam, pusaka senjata, dan benda azimat, bekas bekas yang bersejarah, makam makam kuna, Bangunan bangunan kuna.


Kerja bakti sosial Gotong royong, keramahan menerima dhayoh, keakraban. Bahasa dan  sastra  Istilah istilah nama bagian bagian daging hewan terutama kerbau, pustaka pustaka Jawa Lokapala, Wadu Aji atau Raja Kapa kapa, Nitisastra, Sastra Jendra Hayuningrat, Sastra Cetha. Nama gelar gelar para pegawai kerajaan, bahasa lingkungan brandal gelap nyawang, dasa nama.


Agama ageming aji. Agama Islam  hukum perkawinan, manfaatnya hafal Qur'an, tasawuf dan Pekih. Asmaul husna, bab siyam, iman tauhid. Bab riba, sifat sifat Allah, Kal Dunia, Kal Akhirat, zakat fitrah. Kesusilaan tentang  hasil riba dan rezeki haram, wajib Rasul, Sarak Agama Islam, Sahadat, Shalat, nandi perlu, nandi sunat. Tingkatan Islam : 1. Syari'at, 2. Tarikat, 3. Hakekat, 4. Makrifat. 


Sifat dan Isbat, Rukun Islam, Rukun Iman, takdir, tauhid dan lain sebagainya, para Nabi panutan.


 Laku kebuddhaan, keterangan tentang  agama ketuhanan di Jawa. Filsafat suluk, ilmu kesempurnaan, panca dumadya, wiridan, samadi, rahsa dahadat. Ilmu ketuhanan, Ruh dan hidup, jasmani dan rohani, tasawuf. Kawula  Gusti, Makhluk khalik, tafakur, munajat kepada Allah, dunia dan akhirat. Falsafah wayang dan topeng dalam hubungannya dengan ilmu kerohanian. Ilmu kajatmikan, layaping wirid, kifarat dan nikmat. Pusat shalat tauhid, khusnul khatimah,  hari akhirat, nugrahaning pati.  


Keajaiban hal hal yang mistik, kawaskithan clairvoyance, ma'unah. Sihir ilmu karang, kisah aneh. Kejadian peristiwa aneh, Wanita mistik. Wanita wani mranata. Kejiwaan Watak manusia, Sifat sifat wanita dan pria, Laku berprihatin, bertirakat, melakukan tapa brata, bertarak brata, menyepi. Alam fikiran dan perasaan wanita.  Ilmu Senjata Wesi Aji. 


Ilmu keris meliputi  pamor, baja, besi, bentuk, tangguh, riwayat dan riwayat perkembangan bermacam macam keris, ukuran keris, Ilmu tombak dan gagangnya meliputi  bagian bagiannya seperti ilmu keris. Ilmu kuda meliputi segala hal yang ada pada kuda, meliputi segala hal yang ada sangkut pautnya dengan bab mengendarai kuda.

Asmara pelbagai ilmu sanggama, pranata manusia berhubungan dengan ilmu sanggama. Ceritera porno kisah asmara yang luar biasa.  


Kesenian  seni tari, seni suara, seni karawitan. Lagu lagu gamelan dan lagu lagu rebana, seni wayang, seni pedalangan. Riwayat terjadinya wayang serta perkembangan selanjutnya, seni topeng. Ilmu Bangunan Rumah. Riwayat terjadinya rumah dari kayu serta perkembangan selanjutnya, bentuk rumah, ukuran rumah. Sambungan bagian bagian rumah, Ilmu kayu bakal rumah. 


Obat obatan dan penyakit  beberapa contoh pengobatan yang disebutkan. Ilmu bumi keajaiban, kebesaran dan keindahan alam. Keadaan gunung, gua, sungai, sendang, telaga, rawa, hutan, laut, pulau, pesisir, ujung. Khusus tentang  gunung Lawu, gejala gejala vulkanis. Sumber minyak tanah, Sumber air masin. Tempat yang istimewa. Hewan hewan ternak, Burung.


Tumbuh tumbuhan dalam hutan, Tumbuh tumbuhan di ladang, sawah, kebun, Tumbuh tumbuhan ajaib, Bermacam macam hutan. Pertanian  pemberantasan hama padi, Usaha menyelamatkan semua tanam tanaman. 


Primbon perhitungan bermacam macam waktu. Perhitungan hari baik untuk segala keperluan orang hidup dalam masyarakat, Impian, primbon brandal gelap nyawang. Primbon tentang  berbagai bagai sarana. Kesenangan dan Pertunjukan tayuban, menyabung ayam, gemak, bermain layang layang, bermain panah, reyog, emprak, duleng, lelagonan, bermain rebana, bagoran. Para abdi dalem purwa kinanthi ahli bidang seni budaya. 


Masa silam kaya pengalaman. Ceritera meliputi dongeng dongeng biasa. Ceritera ceritera nyata, ceritera ceritera mustahil. Dongeng dongeng tentang badan halus, kisah kisah ajaib. Perbuatan asusila dilukiskan dengan bahasa. Ceritera mistik, ceritera religis, ceritera gangguan asmara. Ceritera tentang  hutan hutan yang puaka, penuh dengan gangguan gangguan dari badan halus.


Tata cara adat diuraikan rinci. Misalnya perkawinan Ndoro Salindri putri GKR Galuh Kencono. Upacara perkawinan, Upacara pindah rumah, Upacara ganti nama, Upacara meruwat murwakala, tata cara menerima dhayoh. Persajian untuk pelbagai peralatan dan keperluan orang hidup dalam masyarakat. Kenduri berhubung dengan segala keperluan orang hidup dalam masyarakat. Pendidikan  berdasarkan periodenya. Pendidikan pranata ialah sebelum bayi lahir, Pendidikan post natal ialah pendidikan sesudah bayi dilahirkan di dunia. 


Wikan sangka paraning dumadi. Pendidikan religi pendidikan ketuhanan, pendidikan etis, pendidikan kesusilaan, pendidikan estetis, pendidikan keindahan, pendidikan sosial, pendidikan kemasyarakatan.


Beda beda hardaning wong saknegara. Tipe tipe Manusia  menurut dasar hatinya. Tipe jujur, tipe setengah jujur, tipe buruk, tipe campuran, Menurut sifatnya. Sifat sungguh sungguh, sifat pelawak, sifat senang hati, sifat saleh, sifat sosial, sifat seni, magi hitam. Ilmu sirep, Ilmu brandal gelap nyawang, Ilmu kekebalan guna kasantikan. Warok, poligami dan lain sebagainya, berdasarkan uraian di atas kita mendapat gambaran tentang  Serat Centhini secara keseluruhan.  Pustaka Nasional ini dapat dibagi menjadi 3 golongan ialah. Golongan yang telah usang, tidak lagi berlaku pada masa saat ini bagi bangsa. 


Jalma limpat seprapat tamat. Itulah Sinuwun Paku Buwana V. Beliau tahu bermacam karakter. Untuk golongan yang telah setengah basi, dapat dimanfaatkan bagi bangsa kita pada dewasa ini dengan keterangan golongan tersebut harus diolah, dibesut, dan disaring sebaik baiknya. Maka hingga sesuai dengan situasi dan kondisi kita saat ini. Adapun golongan yang belum usang, masih dapat dimanfaatkan dan ditrapkan bagi bangsa kita saat ini tetapi juga dengan keterangan yang lebih terang. Werdining sasmita jinarwi. Tema tema tersebut golongan ketiga ini harus dikoreksi dan diseleksi dan diolah pula hingga dapat diterima oleh bangsa kita dalam abad yang serba modem saat ini ini. Leluhur dari Pamekasan Madura membuat kaca paningal lebih jangkep genep genah. 


Babaran ilmu pengetahuan Jawa mendapat tempat terhormat. Formulasi sistematik dari filsafat proses yang organis tadi dapat kita pelajari melalui pokok pokok pelajaran. Hal ini meliputi wisikan ananing dat, wedharan wahananing dat, serta gelaran kahananing dat yaitu uraian tentang Law of Being, Law of Having dan Law of Becoming. Maneka kawruh dibahas oleh Sinuwun Paku Buwana V dengan jelas tuntas. 


Paparan serat Centhini cukup memberi kaca penjelas. Di situ dengan jelas terbabar kesatuan wisikan, wedhar­an dan gelaran di satu pihak, dengan ananing, wahananing serta kahananing dat, atau adanya, wahananya serta keadaannya. Untuk mengalami lebih lanjut uraian di atas, sampai kepada tingkat metafisika umum atau ontologi, kita memerlukan woding tembung, yaitu kata kata satu kata, yang nama, ujud serta rasanya masih satu dan sama, misalnya neng, ning, sebagaimana yang diuraikan dalam buku Serat Kridha Sastra dan Kridha Swara. 


Demikianlah seluk beluk Serat Centhini yang dikaitkan dengan konsep Brahmana Raja. Sebagai buah karya raja Jawa, Serat Centhini merupakan bacaan yang sudah terkenal di kalangan para budayawan dan cendekiawan baik dalam sekup lokal, nasional, maupun internasional.


Sinuwun Paku Buwana V tampil sebagai pujangga dunia. Kesadaran ilmu pengetahuan berhubungan dengan harkat martabat bangsa. Paku Buwana V adalah  bapak ilmu pengetahuan. Serat Centhini mencatat ragam ilmu di tanah Jawa.rel

Share:
Komentar

Berita Terkini