Paku Buwana XI Pelopor Pergerakan Nasional

Share:
ist



Garda.id | Paku Buwana XI Pelopor Pergerakan Nasional 


( Purwadi Ketua  LOKANTARA)



A. KGPH Hangabehi


Pada tanggal 20 Mei 1908 KGPH Hangabehi atau Paku Buwono XI diundang untuk menghadiri peresmian organisasi Budi Utomo di Batavia. Beliau diundang oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo dan para mahasiswa kedokteran STOVIA. Hangabehi Paku Buwono XI diundang sebagai Ketua Dewan Kraton. KGPH Hangabehi atau Paku Buwono XI memberi sumbangan uang 10.000 Gulden, yang diambilkan dari gaji selama 3 bulan.


Budi Utomo menyelenggarakan kongres pertama kali pada tanggal 20 Oktober 1908. Berkat lobi dan kemurahan Paku Buwono XI atau KGPH Hangabehi, kongres berjalan lancar. Para direktur perkebunan, administratur pabrik gula, komisaris kereta api, pimpinan pelabuhan dan kepala ANIEM memberi sponsor kongres Budi Utomo. Peserta mendapat bantuan berupa biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi.


Utusan dari Kraton Surakarta terdiri dari KGPH Hangabehi, RNg Dwijosewoyo, RNg Dr. Mangun Husodo, Dr. Radjiman, Dr. Widyodipuro, KRMAA Sosrodiningrat, KRMAA Wuryaningrat, KRT Tirtokusumo, KGPH Hadiwijoyo dan KGPH Kusumoyudo. Utusan dari Puro Pakualaman yaitu KP Notodirojo.


Utusan Kraton Yogyakarta yaitu KGPH Puger, utusan Mangkunegaran yakni RM Suryo Suparto. Utusan dari Jawa Timur diemban oleh seorang jaksa yang bernama Suryodiputro. Budi Utomo mempunyai 10.000 anggota dan 40 cabang. Pangeran Hangabehi atau Sunan Paku Buwono XI memberi sumbangan 250.000 Gulden untuk dana operasional kongres Budi Utomo.


Organisasi Budi Utomo dalam sejarahnya berlangsung antara tahun 1908 hingga 1935. Budi Utomo dipimpin oleh pengurus secara demokratis. Berturut-turut para tokoh yang pernah memimpin organisasi Budi Utomo. Pemimpin Budi Utomo perlu ditulis secara berurutan.


1. KRT Tirtokusumo (1908 – 1912)

Ketua pertama Budi Utomo ini Bupati Karanganyar dan Komisaris Utama Pabrik Gula Colomadu. Beliau merupakan tokoh yang kaya raya, dermawan, pemurah dan aktif berorganisasi.


2. Pangeran Notodirojo (1912 – 1914)

Tokoh besar dari Pura Pakualaman. Putranya bernama RM Noto Suroto belajar hukum di Universitas Leiden.


3. Dr. Radjiman (1914-1915)

Dr. Radjiman Widyodiningrat adalah dokter yang bertugas di Kraton Surakarta. Kelak beliau memimpin BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).


4. KGPAA Mangkunegara VII (1915 – 1916)

Mangkunegara VII dulunya bernama RM Suryo Suparto. Pernah belajar kesusasteraan di Universitas Leiden. Produktif menulis lakon pedalangan sekitar 300 cerita.


5. R.Ng. Dwijosewoyo (1916 – 1917)

Ahli bahasa dan sastra Jawa yang aktif menulis buku. Mengembangkan jurnalisme dan pendidikan.


6. RMA Wuryaningrat (1917 – 1926)

Wuryaningrat adalah putra Patih Sosro-diningrat. Beliau pernah belajar hukum di Utrech Belanda. Aktif dalam ormas. Kelak menjadi anggota BPUPKI dan menjabat patih Kraton Surakarta.


7. RMAA Kusumo Utoyo (1926 – 1933)

Ketua Budi Utomo ketujuh bernama RMAA Kusumo Utoyo. Beliau pernah menjabat sebagai Bupati Jepara dan anggota Volksraad (parlemen).


8. Dr. Sutomo (1933 – 1935)

Saat Budi Utomo berdiri, usia Sutomo baru 17 tahun. Beliau menjadi mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Stovia. Pada tahun 1935 Budi Utomo bergabung dalam PPPKI (Permu-fakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Dr. Sutomo wafat tahun 1938 di Surabaya.


Semua ketua Budi Utomo selalu menjalin hubungan erat dengan KGPH Hangabehi PB XI. Dalam organisasi Budi Utomo KGPH Hangabehi senantiasa menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat sejak tahun 1908-1935. Dalam kurun 27 tahun lamanya KGPH Hangabehi menyumbang Budi Utomo dalam bentuk pikiran, tenaga dan dana.


B. Membangun Semangat Kebangsaan.


Tokoh utama berdirinya Budi Utomo adalah Dr Wahidin Sudirohusodo. Organisasi Budi Utomo menjadi tonggak bangkitnya kesadaran untuk menata kehidupan kolektif. Semangat untuk mengatasi problema sosial kemasyarakatan itulah yang menandai era kebangkitan nasional. Strategi untuk problem solving diubah dari cara individu tradisional menjadi organisatoris kolegial.


Organisasi Budi Utomo menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Latar belakang pendidikan Dr Wahidin Sudirohusodo berpengaruh atas problematika sosial yang sedang sedang dihadapi. Pada awal awal abad 20 terjadi pandemi malaria. Berbagai masalah muncul yang perlu penanganan khusus. Masalah yang kompleks ini tidak bisa diatasi sendirian.

Sekalian warga masyarakat harus terlibat aktif. Holobis kontul baris. Masing masing pribadi mesti bersedia mencincingkan lengan baju, cancut taliwanda.


Ajakan Dr Wahidin Sudirohusodo itu betul betul dipatuhi oleh masyarakat dari berbagai lapisan sosial beliau berhasil membangun semangat kebersamaan. Kunci utama pengaruh Dr Wahidin Sudirohusodo terletak pada faktor keteladanan. Beliau segera menghimpun dana dari para pejabat, tokoh masyarakat, pengusaha dan rakyat untuk memberantas wabah penyakit malaria. Dana yang terkumpul cukup untuk membeli obat dan merawat para penderita penyakit malaria.


Kota Surabaya, Semarang, Surakarta dan Yogyakarta dijadikan posco penanganan wabah malaria. Mereka bekerja secara sukarela. Para voluntir terdiri dari kaum priyayi yang punya sensibilitas humanisme kemanusiaan. Etos kerja mereka merupakan manifestasi dari doktrin amemangun karyenak tyasing sesama. Hidup bermakna bila bermanfaat buat orang lain.


Bupati Karanganyar bernama KRT Tirtokusumo menjadi sponsor usaha Dr Wahidin Sudirohusodo. Beliau termasuk orang yang terpandang secara ekonomi. Keberadaannya sebagai komisaris pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu memungkinkan untuk memberi bantuan finansial ekonomis. Kebetulan industri gula sedang jaya jayanya. Jaringan KRT Tirtokusumo cukup luas. Marketing pabrik gula yang tersebar di seluruh pelosok dunia dijadikan referensi untuk mendapatkan bantuan dana. Ditambah lagi hubungan Dr Wahidin Sudirohusodo dan KRT Tirtokusumo akrab sejak masa kanak kanak.


Kegiatan ahli medis dibantu oleh birokrat ekonomis. Ibarat tumbuh oleh tutup. Dr Wahidin Sudirohusodo dan KRT Tirtokusumo bekerja sama seerat eratnya dalam mengatasi pandemi malaria. Bersama dengan Tim Colomadu Mangkunegaran, KRT Tirtokusumo belanja pil kina di Negeri Tamasek Singapura.


Pil kina ini disumbangkan kepada Dr Wahidin Sudirohusodo untuk diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Tindakan Dr Wahidin Sudirohusodo sungguh tepat. Beliau dapat bekerja sama dengan segala elemen sosial. Bersama dengan Sri Susuhunan Paku Buwono X, raja Karaton Surakarta Hadiningrat, Dr Wahidin Sudirohusodo mendapat fasilitas untuk praktik medis di rumah sakit Kadipolo. Kanjeng Sinuwun Paku Buwono X memberi kepercayaan penuh kepadanya untuk melakukan pengabdian medis. Bahkan mobil sang raja kerap dipinjamkan untuk mempercepat mobilitas tenaga medis.


Sedangkan GKA Retno Puoso, Permaisuri KGPAA Paku Alam Vll diajak sebagai ketua posko penanganan pandemi malaria di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Permaisuri Sri Paduka Paku Alam Vll ini cukup simpati dan empati kepada kiprah Dr Wahidin Sudirohusodo. Kemampuan komunikasi dan interaksi sosial sangat diperlukan untuk membuat kebijakan medis. Dukungan pelaku ekonomi, pengusaha, tokoh masyarakat dan pejabat tentu memudahkan perjuangan Dr Wahidin Sudirohusodo dalam bidang kesehatan.


Usaha ini melibatkan pula generasi muda yang potensial. Mereka adalah Soetomo dan Gunawan, mahasiswa kedokteran STOVIA. semangat untuk mendidik kader bangsa juga tinggi pada diri Dr Wahidin Sudirohusodo. Sebuah keteladanan yang patut ditiru oleh pejuang medis masa kini.


Posko penanganan pandemi untuk wilayah pesisir diserahkan kepada sahabat Dr Wahidin Sudirohusodo yang bernama Utoyo Kusumo. Kelak menjadi Bupati Jepara.


Mulai daerah Rembang, Tuban, Pati, Semarang, Demak, kudus, Kendal, Pekalongan dan Tegal pandemi malaria berhasil diatasi. Utoyo Kusumo berhubungan erat dengan Dr Soetomo.

Bupati Jepara ini sempat pula memimpin organisasi Budi Utomo. Ternyata Budi Utomo juga aktif dalam bidang medis. Maklum, organisasi ini lahir dari idealisme mahasiswa kedokteran yang sadar untuk memajukan nasib bangsa.


Adapun Dr Gunawan ditugaskan untuk menjadi koordinator penanganan pandemi untuk wilayah Jawa bagian timur. Ketika bertugas di Surabaya ini, Dr Gunawan sering mendapat bantuan dari tokoh Sarikat Islam, HOS Tjokroaminoto. Tugas sosial medis ini dilakukan dengan sepenuh hati. Mereka adalah generasi humanis dan idealis yang cemerlang.


Budi Utomo yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 dijadikan sebagai hari kebangkitan nasional. Prestasi gemilang pekerja medis ini mendapat apresiasi yang tinggi dari segenap warga bangsa. Kerja nyata mereka dicatat dengan tinta emas oleh sejarah.


Mereka punya etos kerja dengan sesanti yang terkenal , budi luhur kulinakna, watak asor singkirana. Kalau sekarang mirip dengan ajaran amar makruf nahi mungkar. Sokongan pada organisasi Budi Utomo berasal dari KRT Arumbinang, Bupati Kebumen. Rumah dinas bupati Kebumen menjadi markas penanganan pandemi malaria untuk wilayah Jawa bagian selatan.


Wilayah kerjanya meliputi daerah Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Wonosobo dan Purworejo. Setelah pensiun dari jabatan bupati, KRT Arumbinang bertugas direktur Pesanggrahan Madusita di desa candi Ampel Boyolali. Pesanggrahan Madusita merupakan pusat menejemen kebun dan pabrik teh. Juga berfungsi sebagai tempat penginapan yang mahal dan mewah. Tempatnya amat indah permai, di bawah kaki gunung Merbabu.

 Surakarta, Salatiga dan Semarang. Singkat kata pesanggrahan Madusita adalah mesin pencetak uang. Perusahaan ini milik Karaton Surakarta Hadiningrat.  Hasil usaha ini sebagian untuk membiayai organisasi Budi Utomo.


Lagi pula banyak karyawan pesanggrahan Madusita yang menjadi pengurus budi Utomo. Padha gulangen ing kalbu. Ing sasmita amrih lantip. Ajaran untuk melakukan refleksi dan kontemplasi amat dianjurkan oleh anggota dan pengurus organisasi Budi Utomo.


Etos priyayi pelajar menjadi basis keanggotaan.

Kelas menengah terpelajar amat suka dengan gerakan Budi Utomo. Segi segi edukasi amat diperhatikan. Para priyayi terpelajar percaya pada transformasi sosial lewat pendidikan.


Paham ini ditunjukkan oleh KRT Kolopaking, Bupati Banjarnegara. Beliau juga aktif dalam kancah pergerakan nasional. Ketika wabah malaria menyerang masyarakat, kaum priyayi terpelajar ini yang tampil dengan cekatan. Lila lan legawa kanggo mulyane negara. Pada dirinya terdapat jiwa satriyo pinandhito. Sebagai intelektual yang memegang tugas eksekutif, mereka juga berkewajiban untuk berdarma bakti layaknya kaum brahmana.


Maka dikenal istilah kama arta darma muksa. Tahapan ini harus dilalui oleh segenap kader Budi Utomo. Keluhuran, keutamaan, keagungan hendaknya dikedepankan dalam pengabdian kepada masyarakat.


Program Budi Utomo yang menonjol memang dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Hampir semua aktivitas medis, semua Bupati di pulau Jawa didaftar sebagai dewan penasihat. Tentu ini menunjukkan sebuah kerja sama yang harmonis. Aliansi birokrat dengan pelaku medis berjalan dengan sangat menguntungkan.


Tradisi ini perlu diperhatikan dan diteruskan pada era sekarang. Kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh organisasi Budi Utomo meliputi pengajaran, pelatihan dan sarasehan. Bidang pendidikan ditujukan untuk membentuk watak yang utama. 


Tiap pengurus harus bersedia ngayahi pakaryan praja. Bentuknya gotong royong gugur gunung, dengan semangat kekeluargaan. Kitab kitab Jawa yang memuat wulangan wejangan wedharan dikaji oleh pengurus Budi Utomo. Biasanya menggunakan media macapatan. Misalnya membahas serat wulangreh, Wedhatama dan Dewaruci. Kajian ini untuk mengasah ketajaman pikir dan hati. Pendidikan Budi Utomo lebih mengarah pada edukasi tradisional.


Kehadiran Budi Utomo menjadi cikal bakal organisasi pergerakan nasional yang lebih yunior. Budi Utomo telah memberikan inspirasi bagi pejuang bangsa. Masa depan bangsa perlu ditata dengan semangat kebersamaan yang diwujudkan dalam bentuk organisasi legal rasional.


Budi Utomo adalah embrio perjuangan. Oleh karena itu, lahirnya Budi Utomo dirayakan sebagai hari Kebangkitan Nasional. Para tokoh Budi Utomo telah memberikan keteladanan. Para pejuang medis masa kini sedang menghadapi pandemi corona. Sejarah Budi Utomo yang sarat dengan aktivitas medis sangat cocok untuk dijadikan rujukan. Kebangkitan Nasional yang sudah berjalan lebih dari satu abad tetap relevan dengan perjuangan masa sekarang. Semoga wabah corona segera bisa diatasi dan masyarakat kembali tenang ayem tentrem. Kita mendukung penuh pelaku medis yang sadar historis.


Budi Utomo yang didukung oleh bangsawan kelas menengah terpelajar memang mengagumkan. Perjuangan ini perlu diteruskan oleh generasi muda.


C. Para Tokoh BPUPKI


Badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia beranggotakan dari tokoh yang tersebar dari pelosok nusantara. Pada umumnya mereka mewakili lembaga, organisasi badan, komunitas adat dan keluarga kerajaan. Harapannya negara yang terbentuk nanti akan bisa mewakili aspirasi segala komponen warga bangsa.


Sumbangan kraton nusantara pada awal berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia sangat besar. Semangan kebersamaan tumbuh dengan kesadaran tinggi. Kraton nusantara itu menyumbangkan harta, jiwa, gagasan, dan tenaga kepada pemerintah Republik Indonesia.


Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang pada 23 Mei 1945. Anggota terdiri dari beragam golongan, profesi, ormas, orsospol dan swapraja dari Sabang sampai Merauke. Sri Susuhunan Paku Buwono XI mengutus beberapa pembesar kraton untuk terlibat dalam BPUPKI. Dari Kraton Surakarta tampil menonjol, bahkan menjadi ketua.


1. KRT Dr. Radjiman Widyadiningrat

2. KRMA Sasradiningrat

3. KRMA Wuryaningrat

4. KGPH Suryahamijoyo

5. Mr. RM Panji Singgih

6. Prof. Dr. Mr. Supomo

7. Mr. KRT Wongsonagoro

8. Mr. RT Susanto Tirtoprojo

9. Mr. RP Suroso

10. Prof. Dr. H. Djajadiningrat

11. Mr. RM Sunaryo Mangunpuspito

12. R. Roeslan Wongso Kusumo

13. Mr. KRT Sastro Mulyono

14. Mr. KRT Hendro Martono

15. RMA Purbonagoro


Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau BPUPKI. Anggota BPUPKI di atas dirintis secara resmi oleh Kraton Surakarta Hadiningrat. Untuk penugasan ditandatangani oleh Sri Susuhunan Paku Buwono XI. Mereka termasuk bidan yang turut serta merintis berdirinya NKRI. Perjuangan mereka patut dihormati. Sri Susuhunan Paku Buwono XI mempunyai hubungan baik dengan para pembesar Jepang. Misalnya Laksamana Maeda kerap berkunjung ke Kraton Surakarta.


Laksamana Maeda dijamu makan siang di Sasana Handrawina, dengan gamelan kehormatan Carabalen. Tak lupa Prajurit Nyutra dengan busana warna warni. Pendek kata, Laksamana Maeda merasa terhormat berkunjung ke Kraton Surakarta. Dari hubungan pribadi yang amat erat ini, Paku Buwono XI titip agar anak buahnya bisa terlibat aktif dalam BPUPKI.


Para utusan Kraton Surakarta, terutama KGPH Suryohamijoyo usul supaya Kooti atau Swapraja diakomodir oleh NKRI. Jangan sampai pemerintah RI mengabaikan sejarah. Fakta bahwa negara republik yang didukung oleh swapraja hidupnya lebih makmur dan tertata. Sidang pertama BPUPKI tanggal 28 Mei – 1 Juni 1945. Pada hari Senin 28 Mei 1945 pukul 11.00 bertempat di gedung Tyuroo Songi In. Upacara pembukaan dilakukan oleh PYM Saikuo Sikikan. Tanggal 29 Mei 1945 pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia. Tanggal 31 Mei membicarakan Daerah Negara dan Kebangsaan Indonesia.


Sidang kedua BPUPKI atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dimulai lagi tanggal 10 Juli 1945. Tempat di Gedung Tyuroo Songi In (Departemen Luar Negeri), membicarakan tentang bentuk negara, wilayah negara. Tanggal 11 – 16 Juli 1945 BPUPKI membicarakan persiapan penyusunan rancangan Undang-Undang Dasar dan Pembentukan Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 18 Juli 1945 BPUPKI membuat laporan untuk PYM Gunseikan Kakka. Semua anggota BPUPKI utusan Kraton Surakarta bekerja dengan sebaik-baiknya.


Sidang BPUPKI dipimpin oleh KRT Dr. Radjiman Widyodiningrat. Saat itu sedang hangat-hangatnya membicarakan dasar dan falsafah negara. Tiba-tiba Laksamana Maeda mendekati pimpinan sidang. Beliau beserta dengan KRMA Sosrodiningrat, KRMA Wuryaningrat dan KGPH Suryohamijoyo. Hadirin para peserta sidang kaget melihat KRT Dr. Radjiman Widyodiningrat merunduk sambil sesenggukan menahan tangis. Matanya mbrebes mili.


Sidang pun terpaksa diskors. Pimpinan Muhammadiyah yang bernama Ki Bagus Hadikusumo maju ke mimbar. Lantas berujar Inna lillahi waina ilaihi roji’un. Tuan-tuan Yang Mulia. Berita duka bahwa Kanjeng Sri Susuhunan Paku Buwono XI telah dipanggil Allah SWT. Berita mangkatnya Raja Surakarta ini secara resmi diumumkan oleh Tuan Sosrodiningrat. Kita semua merasa kehilangan seorang raja yang selalu mendukung pergerakan nasional Indonesia.


Ki Bagus Hadikusumo lantas memimpin doa, yang ditujukan untuk Kanjeng Sinuwun Paku Buwono XI. Segenap peserta sidang BPUPKI hening senyap. Mereka selalu ingat bantuan Hangabehi PB XI sejak jaman Budi Utomo lahir sampai terbentuknya BPUPKI. Sinuwun Paku Buwono XI surud ing kasedan jati pada hari Sabtu Kliwon, 21 Jumadil Akhir tahun Ehe 1876 Saka. Wafatnya Paku Buwono XI bersamaan dengan hari kelahiran Pancasila, yaitu 1 Juni 1945.


Biodata Anggota BPUPKI


1. Mr. Abdul Abbas

Lahir 11 Agustus 1906 di Binjai Sumatera Utara. Tamat Rechthoge School 1938. Pernah menjadi residen Lampung.


2. Dr. M. Amir

Lahir 20 Januari 1900 di Talawi Sawah Lunto Sumatera Barat. Lulusan Utrecht 1928. Pernah menjadi dokter pribadi Sultan Langkat Tanjungpura.


3. Mas Aris

Lahir 2 Januari 1901 di Kebumen. Lulus MLS tahun 1924. Pernah menjadi mantri kehutanan di Bogor.


4. AR Baswedan

Lahir 1908 di Surabaya. Mendirikan Partai Arab Indonesia (PAI). Pernah menjabat sebagai Menteri Muda Penerangan dan anggota Konstituante.


5. BPH Bintoro

Lahir 2 Agustur 1912 di Yogyakarta. Menempuh pendidikan di Universitas Leiden Belanda.


6. P.F. Dahler

Lahir 21 Februari 1883 di Semarang. Tahun 1929-1930 menjadi anggota volksraad mewakili Insulinde.


7. Agoes Moechsin Dasaad

Lahir 25 Agustus 1905 di Sulu, Jolo, Manila, Filipina. Bersekolah di Singapura. Pemimpin pabrik tenun Kancil Mas.


8. Ki Hadjar Dewantara

Lahir 2 Mei 1889 di Pura Pakualaman Yogyakarta. Mendirikan Perguruan Taman Siswa. Menjabat Menteri Pendidikan RI pertama.


9. Prof. Dr. KPH Husein Djajadiningrat

Lahir 8 Desember 1886 di Kramat Watu Serang Banten. Lulus dari Universiteit Leiden tahun 1913. Menikah dengan KRAy. Partini putri KGPAA Mangkunegoro VII.


10. RM Margono Djojohadikoesoemo

Lahir 16 Mei 1894 di Purbalingga. Lulus OSVIA 1911. Pendiri BNI 1946. Aktif dalam gerakan koperasi Indonesia.


11. Ki Bagoes Hadikoesoemo

Lahir 1890 di Yogyakarta. Menempuh pendidikan di Mekkah. Pengurus besar Muhammadiyah.


12. KH. Abdul Halim

Lahir 17 Juni 1887 di Majalengka. Pendiri Perikatan Ulama Indonesia dan perikatan Umat Islam 1943.


13. Anang Abdul Hamidhan

Lahir 25 Pebruari 1909 di Rantau Kalimantan Selatan. Lulus dari ELS Samarinda. Aktif sebagai wartawan.


14. Parada Harahap

Lahir 15 Desember 1899 di Pargarukan Sumatera Utara. Mendirikan surat kabar Pewarta Deli dan Benih Merdeka Medan 1919.


15. KH Abdul Fatah Hasan

Lahir di Bojonegara Cilegon Banten. Menempuh pendidikan di Fakultas Hukum di Al Azhar Kairo Mesir.


16. Teuku H. Moehammad Hasan

Lahir 4 April 1906 di Pidie Aceh. Menempuh pendidikan di Universitas Leiden. Menjabat sebagai Gubernur Sumatera pertama.


17. KH. Wachid Hasjim

Lahir 12 Pebruari 1913 di Jombang. Menempuh pendidikan di Sekolah Agama lulus tahun 1927. Menjabat Menteri Agama.


18. Drs. Mohammad Hatta

Lahir 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi Sumatra Barat. Pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School). Menjabat sebagai Wakil Presiden RI I.


19. Mr. R. Hindromartono

Lahir 31 Desember 1908 di Gunem Rembang. Lulus dari Rechts Hoogeschool diploma 1936. Menjabat sebagai Ketua Gaspi.


20. R. Oto Iskandardinata

Lahir 31 Maret 1897 di Bajongsoang Bandung. Menjabat sebagai Ketua Pengurus Besar Paguyuban Pasundan.


21. R. Abdul Kadir

Lahir 6 Juni 1906 di Binjai Sumatra. Pendidikan OSVIA 1926. Menjabat sebagai Ambtenaar Inlandsch Bestuur Jatinegara.


22. Abdoel Kaffar

Lahir di 14 Mei 1913 di Sampang Madura. Pendidikan MULO 1929. Pekerjaan sebagai commandant 2 compagnie Barisan I di Bangkalan.


23. Mas Soetardjo Kartohadikoesoemo

Lahir 22 Oktober 1892 di Kunduran Blora. Pendidikan OSVIA tahun 1911. Menjabat sebagai Pengurus Besar Naimubu.


24. RAA Soemitro Poerbonegoro Kolopaking

Lahir 14 Juni 1887 di Papringan Banyumas. Pendidikan di Universiteit Leiden. Menjabat Wedana Sumpiuh.


25. Prof. Dr. R. Djenal Asikin Widjaja Koesoema

Lahir 7 Juni 1891 di Mononjaya Tasikmalaya. Pendidikan di Universiteit Leiden. Menjabat sebagai Pemimpin Rumah Sakit Umum Negeri Jakarta.


26. Dr. R. Soeleiman Effendi Koesoemaatmadja

Lahir 8 September 1898 di Purwakarta. Menempuh pendidikan di Universiteit Leiden. Menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri Indramayu.


27. Mr. Johannes Latuharhary

Lahir 6 Juli 1900 di Saparua Ambon. Pendidikan di Universiteit Leiden. Menjabat sebagai Advoc R.v.J. Surabaya.


28. Koen Hian Liem

Lahir 1896 di Banjarmasin. Pendidikan Sekolah Hukum di Jakarta. Pekerjaan sebagai Ketua Dewan direksi Pewarta Surabaya.


29. R.Ng. Siti Soekaptinah Soenarjo Mangoenpoespito

Lahir 28 Desember 1907 di Yogyakarta. Pendidikan MULO 1926. Pekerjaan sebgai guru Taman Siswa Yogyakarta.


30. KH. Mas Mansoer

Lahir 25 Juni 1896 di Surabaya. Pendidikan Al Azhar Mesir. Menjabat sebagai pengurus besar Muhammadiyah Yogyakarta.


31. Mr. AA Maramis

Lahir 20 Juni 1897 di Manado Sulawesi. Sekolah di Universitas Leiden 1931. Menjabat sebagai advocaat di Semarang.


32. Dr. R. Boentaran Martoatmodjo

Lahir 11 Januari 1896 di Loano Purworejo. Sekolah di STOVIA. Pekerjaan sebagai Gouvernement Indische Arts kantoor inspectie Semarang.


33. Mr. Mas Besar Martokoesoemo

Lahir 8 Juli 1893 di Brebes. Sekolah di Universitas Leiden. Pekerjaan sebagai pegawai pada Landraad Pekalongan.


34. KH. Masjkoer

Lahir 30 Desember 1902 di Singasari Malang. Menjabat sebagai Rois’aam PB Syuriah NU.


35. Sayuti Melik

Lahir 25 Nopember 1908 di Yogyakarta. Menempuh pendidikan di Sekolah Guru. Menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Surat Kabar Sinar Baru Semarang.


36. Ir. R. Ashar Soetedjo Moenandar

Lahir 30 April 1914 di Siluwak Sawangan (Batang). Sekolah di HBS tahun 1932. Bekerja pada Jawatan Pekerjaan Umum Kerajaan Mangkunegoro.


37. Abdoel Kahar Moezakir

Lahir 16 April 1907 di Gading Yogyakarta. Pendidikan di Madrasah Da’roel Oelam al oeliyaa di Kairo.


38. R. Asikin Natanegara

Lahir 23 Desember 1902 di Bogor. Sekolah AMS Yogyakarta. Menjabat sebagai Pangreh Praja Jakarta.


39. Ir. KP Mohammad Noor

Lahir 24 Juli 1901 di Martapura Banjarmasin. Sekolah di MULO. Pekerjaan sebagai Hoofd kantor irigatie afdeling.


40. Tiang Tjoei Oey

Lahir 1893 di Jakarta. Menjabat sebagai Direktur Hong Po dari 1936-1942.


41. Tjong Hauw Oey

Lahir 1904 di Semarang. Pendidikan HBS. Sebagai anggota Komite Eksekutif Chung Hua Hui.


42. KP. Andi Pettarani

Lahir 14 April 1903 di Gowa. Pendidikan OSVIA. Menjabat sebagai Kepala Onder afdeling Bone.


43. R. Abdoelrahim Pratalykrama

Lahir 10 Juni 1898 di Sumenep. Sekolah di Bestuurschool 1929. Menjabat sebagai Asisten Wedono Pesongsongan.


44. Mr. I Gusti Ketut Pudja

Lahir 19 Mei 1908 di Singaraja Bali. Pendidikan Rechts Hoogeschool. Pekerjaan sebagai Giyozei Komon (Sunda Minseibu)


45. BPH Poeroebojo

Lahir 25 Juli 1906 di Yogyakarta. Sekolah di ELS. Pekerjaan : Giin Tyuuoo Sangi-in Jakarta.


46. Dr. GSSJ Ratulangie

Lahir 5 Nopember 1898 di Tondano Minahasa. Sekolah di ELS. Menjabat sebagai penasehat wisk, Bank Denis dan perseroan pertanggungan jiwa Indonesia.


47. H. Agoes Salim

Lahir 8 Oktober 1884 di Kota Gadang IV Koto, Agam. Sekolah di HBS V. Menjabat sebagai Pemimpin Umum Penyadar .


48. Mr. R. Samsoedin

Lahir 1 Januari 1908 di Sukabumi. Sekolah di AMS Bandung. Bekerja sebagai Volontair Algemene Secretarie Bogor 1938.


49. H. AA Sanoesi

Lahir: 18 September 1888 di Cantayan Sukabumi. Menempuh pendidikan di pondok pesantren. Pekerjaan sebagai pengarang buku Agama Islam.


50. Mr. RAy. Maria Ulfah Santoso

Lahir 18 Agustus 1911. Sekolah di Universitas Leiden. Pekerjaan di kantor Regent schap Kabupaten.


51. Mr. RM Sartono

Lahir 5 Agustus 1900 di Wonogiri. Sekolah di Universitas Leiden. Menjabat sebagai Ambtenaar ter beschikking.


52. Dr. Samsi Sastrawidagda

Lahir 13 Maret 1894 di Solo. Sekolah HIS. Sebagai anggota pengurus Partai Nasional Indonesia di Bandung.


53. Mr. R. Sastromoeljono

Lahir 16 Oktober 1898 di Kudus. Sekolah di Universiteit Leiden. Menjabat sebagai Hakim Kooto Haain.


54. Mr. R. Panji Singgih

Lahir 17 Oktober 1894 di Malang. Sekolah di Universitas Leiden. Pekerjaan advoc. Surabaya.


55. Mr. R. Kasman Singodimedjo

Lahir 25 Pebruari 1908 di Kalirejo Purworejo. Pendidikan di STOVIA. Bekerja sebagai guru MULO.


56. Mr. R. Ahmad Soebardjo

Lahir 23 Maret 1897 di Krawang. Pendidikan di Universitas Leiden. Bekerja sebagai advocat.


57. R. Soedirman

Lahir 24 Desember 1890 di Semarang. Pendidikan di Diploma Groot notaris II. Bekerja di Dinas Bea dan Cukai.


58. Ir. Soekarno

Lahir 6 Juni 1901 di Surabaya. Pendidikan di HLS 1921. Menjabat sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia.


59. Mr. R. Iwa Koesoema Soemantri

Lahir 31 Mei 1899 di Ciamis. Pendidikan di Universitas Leiden. Bekerja sebagai advocat.


60. Prof. Dr. Mr. Soepomo

Lahir 22 Januari 1903 di Sukoharjo. Pendidikan di Universitas Leiden. Bekerja sebagai a.t.b landr Yogyakarta.


61. RMTH Soerjo

Lahir 9 Juli 1895 di Magetan. Sekolah di OSVIA. Menjabat sebagai Bupati Magetan.


62. Ir. R. Rooseno Soerjohadikoesoemo

Lahir 8 Agustus 1908 di Madiun. Pendidikan di Technische Hoogeschool 1932. Bekerja di Bouwbureau Bandung.


63. KGPH Soerjohamidjojo

Lahir 13 Oktober 1905 di Solo. Sekolah MULO 1923. Menjabat sebagai pelindung PPBBS (Perikatan Perusahaan Batik Boemi Poetra Soerakarta).


64. R. Panji Soeroso

Lahir 3 Nopember 1893 di Porong Sidoarjo. Sekolah Kweekschool. Bekerja sebagai pegawai kantor irrigatie Probolinggo.


65. Mr. R. Soewandi

Lahir 31 Oktober 1898 di Ngawi. Sekolah di Groot-notaris 1923. Menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Academici Indonesia.


66. Drs. KRMH Sosrodiningrat

Lahir 1 Desember 1902 di Solo. Pendidikan di Universitas Leiden. Menjabat Patih Kraton Surakarta.


67. Mr. Eng Hoa Tan

Lahir 1907 di Semarang. Sekolah di HBS 1925. Sebagai anggota BPUPKI.


68. Mr. Mas Soesanto Tirtoprodjo

Lahir 3 Maret 1900 di Solo. Pendidikan di Universitas Leiden. Bekerja sebagai voorz. Landg Kediri.


69. Ir. RMP Soerachman Tjokroadisoerjo

Lahir 30 Agustus 1894 di Wonosobo. Sekolah di HBSV 1915. Menjabat sebagai asistent pada afdeling Nijverheid Hanel.


70. R. Abikoesno Tjokrosoejoso

Lahir 15 Juni 1897 di Ponorogo. Sekolah di Polytechnisch Institut verklaring 1923. Menjabat sebagai pimpinan Sarekat Islam 1917-1919.


71. Dr. KRT Radjiman Wedyodiningrat

Lahir: 21 April 1879 di Yogyakarta. Sekolah STOVIA. Bekerja sebagai dokter.


72. RAA Wiranatakoesoema

Lahir 8 Agustus 1888 di Bandung. Sekolah di OSVIA. Bekerja sebagai Juru Tulis Wedana Tanjungsari.


73. R. Soekardjo Wirjopranoto

Lahir 5 Juni 1903 di Kasugihan Cilacap. Sekolah di Procureur Raad van Justitie Surabaya. Menjabat sebagai Pemimpin Surat Kabar Asia Raya.


74. Dr. Soekiman Wirjosandjojo

Lahir 19 Juni 1896 di Sewor Solo. Sekolah di STOVIA. Menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia di Negara Belanda.


75. R. Roeslan Wongsokoesoemo

Lahir 15 Oktober 1901 di Tanah Merah Sampang Madura. Sekolah di BAS (Burgelijk Avond School). Menjabat sebagai pengurus besar Parindra.


76. Mr. KRT Wongsonagoro

Lahir 20 April 1897 di Solo. Pendidikan di Rechtshorge School 1939. Menjabat sebagai Komisaris pengurus pusat Parinda.


77. Mr. KRMT Woerjaningrat

Lahir 12 Maret 1885 di Solo. Sekolah ELS Surakarta. Menjabat sebagai ketua Boedi Oetomo dan Parindra.


78. Mr. Muhammad Yamin

Lahir 23 Agustus 1903 di Sawahlunto Sumatra Barat. Besan Mangkunegoro VIII dan menjabat sebagai Menteri Kehakiman.


79. Drs. Tjwan Bing Yap

Lahir 31 Oktober 1910 di Solo. Tamat dari Universitas van Amsterdam. Aktif dalam Gerakan Rakyat Baru.


D. Menuju Kemerdekaan Indonesia


Nasihat Saikoo Sikikan

Hadirin yang terhormat!

Kemerdekaan Indonesia adalah suatu bukti yang nyata tentang tujuan perang suci sekarang ini, yang timbulnya memang berdasarkan cita-cita yang gilang gemilang yang diciptakan semenjak berdirinya Negara Dai Nippon.


Akan tetapi usaha untuk mendirikan Negara Merdeka yang baru bukanlah usaha yang mudah, lebih-lebih lagi jika tidak dengan jalan mempelajari, menyelidiki, dan merencanakan dengan saksama dan teliti segala usaha untuk meneguhkan kekuatan pembelaan, dan soal-soal yang menjadi dasar Negara, maka sudah barang tentulah bahwa pekerjaan mulia dalam pembentukan Negara Merdeka di kemudian hari, tak akan mempunyai pokok dasar yang kukuh dan teguh.


Pada hari ini, bertempat di ruangan ini mulai dilakukan langkah pertama dalam pekerjaan Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai untuk menyelidiki serta merencanakan dasar usaha itu dengan sedalam-dalam dan seteliti-telitinya.


Berhubungan dengan itu maka saya mempunyai pengharapan besar pada Badan ini dan tuan-tuan Giin hendaklah menginsafkan dalam hati sanubari tuan-tuan betapa penting dan beratnya kewajian tuan-tuan untuk menyelesaikan usaha yang semulia itu sehingga tercatatlah peristiwa yang cemerlang ini dalam riwayat pembentukan Negara Indonesi Merdea.


Jakarta, tanggal 28, bulan 5, tahun Syoowa 2 (2605) – (1945)


Saikoo Sikikan


Nasihat Gunseikan


Tuan-tuan yang terhormat!

Saya merasa sangat gembira, karena pada hari ini “Badan Untuk Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan” akan mulai menjalankan pekerjaannya serta melakukan suatu langkah yang besar dalam sejarah mendirikan Negara Indonesia.


Pembentukan Badan ini bermaksud menyelenggarakan pemeriksaan dasar tentang hal-hal yang penting, rancangan-rancangan dan penyelidikan penyelidikan yang berhubungan dengan usaha mendirikan Negara Indonesia Merdeka yang baru. Dengan jalan demikian akan dapat disampaikan bahan-bahan perundingan yang banyak dan saksama kepada Badan Penetapan Putusan Yang Terakhir.


Kalau kita meninjau bermacam-macam hal di daerah yang dinamakan Indonesia, serta memikirkan kedudukan Pulau Jawa ini, maka kewajiban badan ini di tanah Jawa dan cara untuk menjalankan usaha-usahanya akan jelaslah dengan sendirinya.


Jika sesuatu bangsa hendak meneguhkan dasar kemerdekaannya, maka ia harus mempunyai keyakinan diri untuk sanggup membela negara sendiri dan juga mempunyai kekuatan yang nyata sebagai bangsa. Oleh karena itu, pada tingkatan yang sekarang ini, bangsa Indonesia terlebih dahulu harus insyaf akan keyakinan dirinya dan kegiatan hatinya untuk memelihara tenaga bagi melangsungkan peperangan ini.


Berhubung dengan syarat-syarat dasar untuk Negara Merdeka yang baru, maka tuan-tuan sekalian harus memajukan diri dalam usaha penyelidikan dan pemeriksaan tentang soal-soal tadi dan demikian juga tentang soal-soal agama. Saya berharap supaya tenaga pembelaan dan tenaga rakyat diperkuat dan dimajukan tidak buat sekarang saja, tetapi juga seterusnya untuk kemudian hari sesudah bangsa Indonesia merdeka untuk kebahagiaannya. Saya mempunyai harapan yang besar sekali tentang hasilnya badan ini.


Mendirikan Negara Indonesia berarti terlepasnya bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan yang hina selama ± 300 tahun di bawah pemerintahan Belanda dan mendirikan suatu Negara pada tanah yang subur, yang telah bebas dan yang diwarisi turun-temurun dari nenek moyang, untuk bangsa Indonesia.

Serta pula berarti mendirikan suatu negara yang merdeka dihadapan musuh untuk memenuhi kewajiban sebagai negara yang berdasarkan budi pekerti yang luhur, yaitu sebagai suatu mata rantai dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama di Asia Timur Raya, akan melaksanakan cita-cita 1000 juta bangsa-bangsa di Asia Timur Raya.


Dengan demikian, maka bangsa Indonesia yang akan menyelesaikan pekerjaan suci itu untuk mendirikan Negara, harus insaf tentang keadaan peperangan pada masa ini dengan sungguh-sungguh dan tentang kewajiban pembelaan yang penting-penting serta harus mengingat pula akan kebahagiaan dan kemajuan yang sedang dilimpahkan kepada bangsa Indonesia.


Oleh karena itu, janganlah bangsa Indonesia sempit pemandangannya dan jangan memikirkan kepentingan Indonesia saja. Saya berharap masing-masing anggota hendaklah mengingat kehendak pihak rakyat yang ingin mempersatupadukan tenaganya dan insaf akan arti yang sebetul-betulnya tentang mendirikan Negara Baru ini sehingga dengan jalan demikian dapat menjadikan kewajiban yang suci ini.


Jakarta, tanggal 28, bulan 5, tahun Syoowa 20 (2605) – (1945)


Gunseikan


Ucapan Perayaan dari Jenderal Itagaki

Hadirin yang terhormat!

Saya sangat gembira karena saya dapat menghadiri upacara pembukaan “Badan untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan” pada hari ini.


Negara Indonesia yang akan dibangunkan adalah satu mata rantai yang kokoh kuat dalam lingkungan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya, dan kewajibannya dalam usaha pembelaan Asia Timur adalah sangat penting sekali.


Saya harap tuan-tuan sekalian menginsafkan tentang kewajiban tanah Jawa bagi seluruh Indonesia dengan sedalam-dalamnya dan melaksanakan persiapan pembangunan negara agar supaya jangan sampai mengecewakan. Maka dengan jalan demikian akan memperoleh bantuan dari pihak masing-masing negara dan bangsa di Asia Timur Raya.


Jakarta, tanggal 28 bulan 5 tahun Syoowa 20 (2605) – (1945)


Rikugun Taisyoo

Itagaki Seisiroo


Para pembesar Jepang yang mendukung berdirinya NKRI bersahabat erat dengan Sri Susuhunan Paku Buwono XI. Misalnya saja Laksamana Maeda bertukar pikiran tentang masalah peradaban dunia. Pembesar Jepang mengagumi kebudayaan yang dikembangkan oleh Kraton Surakarta Hadiningrat.


BPUPKI dipimpin oleh Dr Radjiman Wedyodiningrat. Cita cita besar telah terwujud. Yakni usaha untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.rel

Share:
Komentar

Berita Terkini