Purwadi.ist |
Garda.id |SEJARAH KABUPATEN BOGOR
Oleh: Purwadi. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA. Hp: 087864404347
A. Berdirinya Kabupaten Bogor
Wilayah Bogor Berdiri pada Jaman Kerajaan Pajajaran.
Bogor berdiri pada tanggal 3 Juni 1483. Pendirinya adalah Kanjeng Sinuwun Sri Baduga Maharaja, raja agung yang berkuasa di Kerajaan Pajajaran. Sri Baduga Maharaja seorang pemimpin yang bijak bestari, merakyat, suka menolong, disiplin, pekerja keras, cerdas, berwawasan luas, berilmu tinggi dan sakti mandraguna.
Saat itu sri raja berhubungan akrab dengan Kerajaan Majapahit, Singasari, Daha, Jenggala dan Kahuripan. Setiap bulan Sura Sri Baduga Maharaja melakukan tapa brata di Gunung Salak. Beserta dengan aparat kerajaan Pajajaran, beliau bersemedi untuk mendapat daya kesaktian.
Para dewa kahyangan berdatangan untuk memberi anugerah agung kepada raja Pajajaran. Sri Baduga Maharaja mendapat pusaka keris dengan nama Kyai Pudak Arum. Pusaka ini menjadi andalan bagi kerajaan Pajajaran. Demi keselamatan negeri, pusaka keris Kyai Pudak Arum dikirap dengan kereta kencana. pusaka sangat bertuah tinggi.
Asal usul Bogor begitu luhur misuwur. Kata Bogor berarti bolongan yang ditegor. Sri Baduga Maharaja membuat bolongan dari tanah yang ditegor. Hasilnya berupa aliran sungai yang mengalir teratur sebagai sarana transportasi, irigasi dan rekreasi. Pada tahun 1483 Sri Baduga Maharaja melakukan perjalanan sepanjang kali Ciliwung. Beliau naik perahu yang berbentuk Naga Basuki. Perahu ini menjadi lambang kemakmuran dan keselamatan warga kerajaan.
Turut serta dalam perjalanan Sri Baduga Maharaja ini warga dari Babagan, Madang, Bojonggede, Caringin, Cairu, Ciampea, Ciawi, Cibinong, Cibungbulang, Cigombong, Cigudeg, Cijeruk, Cileungsi, Ciomas, Cisarua, Ciseung, Citeureup, Dramaga, Gunung Putri, Gunung Sindur. Mereka bertugas untuk menyiapkan perahu, rute, dan perlengkapan perjalanan. Prabu Sri Baduga Maharaja ini menentukan keberhasilan transportasi sungai Ciliwung. Partisipasi warga memang mempesona.
Warga dari Jasinga, Jonggol, Kemang, Klapanunggal, Leuwiliang, Leuwisadeng, Megamendung mendapat tugas untuk mengurusi konsumsi peserta. Dalam bidang keamanan diserahkan pada warga dari daerah Nanggung, Pamijahan, Parung, Parungpanjang, Ranca Bungur, Rumpin, Sukajaya, Sukamakmur, Sukaraja. Urusan among tamu dan protokol diserahkan pada warga dari daerah Tajurkalang, Tamansari, Tanjungsari, Tenjo dan Tenjolaya. Masing masing aktif dan produktif.
Pengembangan sistem transportasi kali Ciliwung sekaligus dalam rangka peningkatan kualitas rekreasi. Masyarakat perlu diberi sarana transportasi dan rekreasi yang mudah, murah, megah, mewah, indah. Aspirasi masyarakat Bogor dapat ditangkap dengan sempurna oleh raja Pajajaran. Wajar sekali karena Sri Baduga Maharaja memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, kultural yang diwarisi oleh pendahulunya. Bibit kawit yang sadar asal usul kehidupan.
Generasi muda sepatunya berkaca pada segala masa. Sebagai sarana untuk memperoleh tuntunan tontonan tatanan.
B. Keutamaan Bumi Bogor.
Keagungan Keturunan Prabu Siliwangi dalam menata Kabupaten Bogor cukup penting. Keutamaan berlandaskan kearifan lokal.
Kawasan Bogor merupakan ibukota baru kerajaan Pajajaran. Sebelumnya ibukota kerajaan Pajajaran berada di Priangan Bandung. Perpindahan ibukota melalui proses pengkajian yang mendalam. Studi komparatif penuh dengan suasana rekreatif.
Kerajaan Pajajaran berdiri pada tahun 1333. Suasana kerajaan dalam keadaan makmur, aman, damai, sejahtera, kokoh, jaya, berwibawa. Masyarakat hidup ayem tentrem, bahagia lahir batin. Semua ini berkat jasa, usaha, perjuangan Prabu Siliwangi. Raja Pajajaran ini memang agung dan anggun. Cocok buat para pemimpin bangsa.
Gunung Malabar merupakan tempat sakral bagi keluarga Kerajaan Pajajaran. Sesuai dengan namanya, Pajajaran, maka terdapat jatidiri yang berjajar- jajar. Pusakanya berjajar- jajar, hartanya berjajar-jajar, kesaktiannya berjajar -jajar, prajuritnya berjajar-jajar, pegunungan berjajar -jajar, sahabat berjajar -jajar. Singkat kata kelebihan negeri Pajajaran serba berjajar -jajar. Maka disebut negeri Pajajaran.
Ucapan selamat atas berdirinya Kerajaan Pajajaran berasal dari Tri Bhuana Tunggadewi, raja Majapahit. Beliau memberi bokor emas kepada Prabu Siliwangi sebagai tanda persahabatan. Kebetulan sekali Raja Putri Majapahit ini gemar dengan makanan Peuyeum. Tiap Majapahit punya acara pesta, sang raja minta kiriman tape Pasundan. Ternyata peuyeum menjadi sarana diplomasi antara kerajaan Pajajaran dengan kerajaan Majapahit. Pada tahun 1336 utusan dari Singasari, Kahuripan, Jenggala, Daha, Kediri, dan Panjala memberi dukungan kepada Prabu Siliwangi.
Kerjasama antara kraton Pajajaran dengan Majapahit semakin erat. Pada tahun 1352 bregada prajurit Pajajaran belajar baris berbaris di daerah Trowulan Majapahit. Setiap kali istirahat santai, prajurit Pajajaran diberi hidangan rujak cingur. Pada akhir pekan mendapat hidangan lontong balap. Ketika acara pelatihan selesai prajurit Pajajaran mendapat hadiah makanan nasi rawon. Begitulah prajurit Pajajaran dilatih oleh bregada prajurit Prawira Anom, Jayeng Astro, Payutra. Oleh karena itu ada kemiripan antara prajurit Pajajaran dan prajurit Majapahit.
Untuk mempererat tali persaudaraan, Prabu Hayamwuruk berkunjung ke Pajajaran pada tanggal 5 September 1356. Kali ini kehadiran Prabu Hayamwuruk memimpin tim perdagangan Majapahit. Beliau mengantar pengusaha kulit Tanggulangin. Mereka diharap belajar kepada warga Kraton Pajajaran yang berpengalaman dalam mengelola industri sepatu kulit. Sarasehan perdagangan sepatu kulit dilaksanakan di kawasan Cibaduyut.
Kunjungan boleh dikata sukses. Selama kunjungan ini, para seniman Pasundan menghibur pejabat Majapahit. Nyata seni musik angklung memang mempesona. Prabu Hayamwuruk secara khusus belajar seni musik angklung. Beliau berjanji akan mengirim seniman Majapahit yang bermukim di Pandaan untuk belajar seni musik angklung. Misi perdagangan ini cukup berhasil. Warga Tanggulangin menjadi pengusaha kulit yang sukses gemilang.
Prabu Brawijaya pun amat terpesona dengan manajemen wisata gunung. Kerajaan Pajajaran makin dalam budidaya serta pengembangan wisata pegunungan. Daerah Priangan sebagai ibukota Pajajaran tampak asri. Pada tanggal 24 April 1416 Prabu Brawijaya menyempatkan belajar tata kota. Selama ini Pajajaran sudah punya hubungan diplomasi dengan kerajaan Samudra Pasai, Sriwijaya, Ternate, Tidore. Kerajaan Majapahit melakukan studi banding demi memajukan potensi wisata kota. Kota Priangan cukup memberi pelajaran yang berharga. Keluhuran yang selalu lestari.
C. Ilmu Tradisional Bogor.
Kabupaten Bogor tertata rapi dengan berbasis ilmu pengetahuan. Jelas
Ilmu pengetahuan menjadi basis pengembangan kota Bogor. Para pemimpin mendorong agar warganya maju sejahtera. Pengalaman lapangan di segala bidang ditingkatkan. Kerajaan Pajajaran mulai berencana untuk mengembangkan ibukota pada tahun 1579. Dari Priangan ini ibukota kraton Pajajaran hendak dipindah ke Bogor. Pengkajian, penelitian dan pembahasan tentang perpindahan ibukota negara dilaksanakan oleh tim ahli. Mereka meninjau dari segi ekonomi, sosiual, budaya, hankam, politik.
Wawasan menyeluruh atas perpindahan ibukota Pajajaran dari Priangan ke Bogor ini benar-benar dalam proses penelitian yang seksama. Persiapan perpindahan ibukota kerajaan Pajajaran memakan waktu tiga tahun. Tepat pada tanggal 3 Juni 1482 kerajaan Pajajaran pindah ke Bogor. Kota Priangan dikembangkan sebagai kota industri, wisata dan perdagangan. Begitulah strategi yang dilakukan oleh Sri Baduga Maharaja sebagai pemimpin kerajaan Pajajaran.
Gagasan unggul dan bermutu ini berlangsung lestari sepanjang masa.
Raden Bondan Kejawan, putra Prabu Brawijaya raja Majapahit diundang ke Bogor. Raden Bondang Kejawan ahli garam dari Sampang Madura. Beliau juga memiliki perusahaan garam di Kalianget Sumenep Madura dan perusahaan kecap di Grobogan. Kedatangan bangsawan Majapahit ke ibu kota Pajajaran dalam rangka pelatihan ekonomi kerakyatan. Pemuda pemudi Bogor diajari untuk hidup mandiri dan berdikari. Pelatihan ekonomi terjadi pada tahun 1485.
Pada tanggal 10 Juni 1533 Prabu Surawisesa memimpin Kerajaan Pajajaran. Beliau pengagum ajaran Empu Tantular pujangga kerajaan Majapahit. kitab Sutasoma dibaca dengan cermat. Beliau menemukan semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Ajaran luhur itu diterapkan untuk memimpin kerajaan Pajajaran. Warga Pajajaran yang beragama Islam dikirim ke daerah Kadilangu Glagahwangi. Saat itu Kerajaan Demak dipimpin Sunan Prawoto, dengan guru utama Kanjeng Sunan Kalijaga.
Adipati Kemang sebagai pemimpin Bogor mengundang Sri Susuhunan Amangkurat Agung, Raja Mataram. Beliau hadir dalam rangka penandatanganan kerjasama bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Sejak tahun 1648 Adipati Kemang giat dalam budidaya tanaman yang bernilai komoditas. Sri Susuhunan Amangkurat Agung pada waktu punya usaha budidaya ikan laut di daerah Tegal.
Kemegahan Bogor tampak pada masa pemerintahan Demang Rumpin. Meskipun beliau cuma punya wilayah kecil, tetapi super kreatif. Pada tahun 1748 beliau menjadikan pelabuhan Tanjung Priok sebagai pusat perdagangan. Atas bantuan Bupati Lamongan, Pangeran Purboyo, Tanjung Priok menjadi pelabuhan yang terkenal. Pangeran Purboyo berpengalaman mengelola pelabuhan Tanjung Kodok.
Demang Ciawi pada tahun 1817 mendapat kesempatan untuk belajar batik di Laweyan Solo. Sinuwun Paku Buwana IV memberi fasilitas kepada pemuda pemudi Bogor. Para istri pejabat Bogor diberi pengertian tentang motif batik: sidomukti, kawung, sidomulya, candrakusuma, parang, sekar tanjung, wirasat, udan riris dan truntum.
Kreativitas seni budaya juga sempat menjadi perhatian warga Bogor. Pada tahun 1847 Demang Tajur Halang belajar sejarah, kesusasteraan, filsafat, pewayangan di daerah Pengging. Tim Bogor berguru kepada pujangga Raden Ngabehi Ranggawarsita. Daerah Pengging cocok untuk pembelajaran bidang humaniora.
Pengenalan pada lingkungan Pengging diteruskan oleh tim Bogor yang dipimpin oleh Demang Cijeruk. Pada tahun 1874 warga Bogor belajar manajemen perkebunan kopi di Kembang Semarang. Pada tahun 1886 Demang Caringin memimpin studi banding di Ampel Boyolali. Tim Bogor belajar tentang manajemen perkebunan teh. Berkenan memberi materi pembelajaran yaitu Adipati Arumbinang Bupati Kebumen.
Semangat untuk belajar manajemen gula dipelopori oleh Demang Bojonggede. Beserta dengan rombongan Bogor, lantas datang ke pabrik gula Manis Harjo dan Gondang Winangun Klaten. Program studi banding manajemen gula ini dilaksanakan pada tahun 1905 – 1907. Sebagian warga Bogor turut pula menjadi karyawan pabrik gula di Purwodadi Magetan. Mereka mendapat tugas dalam bidang administrasi.
Keahlian dalam mengolah semen dilakukan oleh warga Bogor yang dipimpin Demang Cibinong. Pada tahun 1934 warga Cibinong, Rumpin, Ciomas, Dramaga melakukan riset di bukit Renteng Bojonegoro. Mereka cukup tekun mempelajari alam pegunungan kapur. Pengalaman dan pengetahuan inilah yang menjadi cikal bakal pendirian pabrik semen di Indonesia.
Kabupaten Bogor terus melangkah maju mengikuti perkembangan jaman. Para Bupati Bogor memberi kontribusi pada kesejahteraan rakyat. Mereka bergerak bersama dengan dilandasi pengabdian yang tinggi. Para Bupati yang telah bekerja demi kemajuan masyarakat Kabupaten Bogor. Pemimpin hebat yang memberi manfaat pada sekalian umat. Teladan yang penuh keutamaan.
1. Ipik Gandamana 1948 – 1949
2. R.E. Abdoellah 1950 – 1958
3. Raden Kahfi 1958 – 1961
4. Karta Dikaria 1961 – 1967
5. Wisatya Sasmita 1968 – 1973
6. Raden Mochamad Muchlis 1973 – 1976
7. Ayip Rughby 1976 – 1983
8. Soedrajat Nataatmaja 1983 – 1988
9. Eddie Yoso Martadipura 1988 – 1998
10. Kol. TNI (Purn.) H. Agus Utara Effendi 1998 – 2008
11. Drs. H. Rahmat Yasin, M.M. 2008 – 2014
12. Hj. Nurhayanti, S.H., M.M., M.Si. 2014 – 2018
13. Ade Yasin 2018
Jasa dan perjuangan para pemimpin Kabupaten Bogor harus dihormati. Mereka telah memberikan tenaga dan pikiran buat kemajuan dan kesejahteraan rakyat. Masyarakat Kabupaten Bogor telah memberi sumbangan yang berguna menganyam peradaban dunia. Wilayah Bogor melampaui peristiwa historis dengan suasana aman damai, segar bugar dan bahagia sentosa. Menuju Indonesia yang sejahtera. Bogor merupakan sambungan dari Kerajaan masa lalu.
D. Babat Limbangan
Pasundan merupakan komunitas yang memiliki aksara dan bahasa. Lewat aksara segala bentuk kenangan hidup direkam. Lewat bahasa semua tradisi diwariskan. Babat Limbangan sebagai kaca benggala.
Jaman baheula Kangjeng Prabu Siliwangi, Nagara Pajajaran, kagungan hiji rencang ari jenengannana Aki Haruman, damelna saban dinten ngan susumpit. Ari pakarangan hiji sumpit, dua jamparing. Bedil mariam, zaman harita tacan aya.
Kangjeng Prabu Pajajaran lajeng nimbalan rencangna.
“Coba Aki Haruman ayeuna susumpit deui!”
Sanggeus ditimbalan Aki Haruman lajeng leumpang cepet ngetan pernahna ti nagar Pajajaran, mapay ka unggal gunung, ka unggal pasir, tapi susumpit henteu meunang bae. Barang datang ka Gunung Haruman lajeng anjeunna nanjakka puncak gunung Barang datang ka puncak pulung polong ningali anjeunna ngetan, ngidul, ngulon.
Barang ningali ka kaler ka sisi wallungan, bet aya nu hurung ngempur lir bokor kancana kasorot srangenge. Lajeng Aki Haruman turun ti gunung bari diawas-awas.
Barang datang ka sisi Cipancar, bet nu siram isteri. Carek pikir Aki Haruman,
“Ach geuning isteri geulis pisan. Tayohna widadari karek sumping ti sawarga loka, salira anu sakitu alusna.”
Ti dinya Aki Haruman tuluy nyampeurkeunka nyi Putri nu parantos siram, bari cacalukan pokna,
“Ach agan, pun aki antosan sakedap bade tumaros”.
Huleng bae nyi Putri jeung nyaur jeroning manah, yen aya sepuh menta diantosan. Barang geus deukeut Aki Haruman ka Nyi Putri, pok bae nyi Putri sasauran, “
Arek naon menta diantosan ku kuring?
” Pok bae Aki Haruman sasauran,
"Kieu agan, anu matak menta diantosan teh, rehing pun aki anyar patepang. Ari agan putra saha? Saha nya tuang jenengan? Ti mana nya bumi banjar karang panglayungan?”
“Euh, jadi kitu menta diantosan teh. Lamun aki hayang uninga, nya di dieu lembur kuring imah kuring sarta kuring putra Sunan Rumenggong, nu ngageugeuh nagara Limbangan”.
Balik naros deui ka aki,
“Ari Aki ti mana bumi?” Ari lembur Aki mah di nagari Pajajaran, rencangna Kangjeng Prabu Siliwangi.”
Kabupaten Bogor menjadi pusat peradaban tanah Sunda. Hulu hilir menawarkan angin sejuk sumilir. Ilir ilir tandure wis sumilir. Berguna untuk menganyam agungnya peradaban.
Presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo dan seterusnya tetap menghormati Bogor. Sumbangan Bogor buat Indonesia terlalu besar. Rajutan nilai kebangsaan yang beriringan dengan kebudayaan.ist