![]() |
PURWADI.IST |
GARDA.ID | SEJARAH KABUPATEN BATANG
A. Berdirinya Kabupaten Batang
Jejak langkah Kabupaten Batang sungguh megah mewah indah gagah.
Paku Buwana II turut menjaga Alas Roban.
Pada tahun 1726 Paku Buwana mengadakan musyawarah bersama ahli nujum Mataram. Terdapat saran agar menelusuri jejak spiritual di Kabupaten Batang. Alas Roban memiliki daya linuwih. Dalam sejarah ada tokoh Mataram yang amat mulia. Kanjeng Ratu Batang menggagas lahirnya Kabupaten Batang. Garwa prameswari Sultan Agung ini wanita hebat.
Catatan sejarah Mataram ini dibaca secara teliti oleh Paku Buwana II.
Pelopor berdirinya kabupaten Batang adalah Kanjeng Ratu Batang tahun 1621. Beliau adalah permaisuri Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo yang memerintah kerajaan Mataram tahun 1613 – 1645. Lancarnya Sultan Agung memimpin berkat bantuan, perhatian, dorongan, sokongan, sumbangan Kanjeng Ratu Batang. Beliau adalah wanita karir yang sukses dalam bidang ekonomi, pendidikan, pemerintahan, kemasyarakatan, keagamaan, dan kemanusiaan.
Kecantikan Kanjeng Ratu Batang ibarat sugih rupa kurang candra. Tegese ayu rupane. Jagad gumelar kinarya daluwah sayekti kurang jembar. Samudra laya kinarya mangsi bakal asat kang ponang warih. Semua tidak akan mencukupi untuk menulis cantiknya Kanjeng Ratu Batang. Pribadinya memikat, pemikirannya mempesona, penampilannya mengagumkan. Namun demikian Kanjeng Ratu Batang tetap kuat dalam prinsip, luwes dalam tindakan. Amemangun karyenak tyasing sesama.
Wanudya ayu tama ngambar, aruming kusuma wadana asawang sasi, ri sedheng purnama sidi, netya njahit esmu lindri, grana rungih milangeni, tuhu mustikane putri, tetunggule widadari. Begitulah anggunnya Kanjeng Ratu Batang sebagai ibu negara Mataram. Penampilan beliau terlalu populer sejak dari perkotaan, pedesaan dan pegunungan. Apalagi beliau kerap turun lapangan. Bersama rombongan kerap blusukan di pemukiman penduduk. Kanjeng Ratu Batang manjing ajur ajer, mancala putra mancala putri.
Betapa bahagianya Paku Buwana II saat membaca sejarah leluhur Mataram.
Ayahnya adalah Tumenggung Hupasanta pembesar tanah Kedu. Kakeknya yaitu Patih Mandaraka, perdana menteri kerajaan Mataram. Beliau anak kandung Ki Juru Martani, pendiri Mataram dan penasihat utama Kasultanan Pajang. Sedang Juru Martani sendiri putra Ki Ageng Saba yang menjadi Bupati Wonosobo. Leluhurnya adalah Ki Ageng Getas Pendawa, putra Bondan Kejawan. Beliau putra Prabu Brawijaya V, raja kraton Majapahit. Dari silsilah ini jelas sekali Kanjeng Ratu Batang masih keturunan Majapahit. Dari jalur Nawangsih, adalah putri Ki Ageng Tarub. Beliau putra Dewi Rasawulan yang menikah dengan Syekh Maulana Magribi. Dewi Rasawulan adik kandung Sunan Kalijaga. Keduanya adalah putra Bupati Wilwatikta Tuban.
Boleh dikatakan Kanjeng Ratu Batang adalah trahing kusuma rembesing madu, wijiling atapa, tedhaking andana warih. Paku Buwana II merasa mendapat suri teladan yang utama.
Cocok sekali bila Kanjeng Ratu Batang menjadi garwa prameswari raja Mataram. Sultan Agung mendapat pendamping yang seimbang. Garwa sigaraning nyawa. Pilihan Sultan Agung sudah melalui proses saringan ketat yakni bibit bebet bobot. Keturunan, kekayaan, kepribadian menjadi pertimbangan dalam menentukan jodoh seseorang. Tumenggung Huposonto mendidik Kanjeng Ratu Batang sebagai pengusaha sukses. Beliau memutar roda bisnis perkapalan, pelayaran, pelabuhan. Melalui Tumenggung Bahurekso Bupati Kendal, Ratu Batang mengelola pelabuhan Tanjung Emas dan pelabuhan Tegal.
Tahun 1615 usaha ekspor impor udang dan ikan laut ke India, Cina, Malaka, Timur Tengah dan Afrika mendatangkan keuntungan yang berlimpah ruah. Perusahaan Ratu Batang dalam bidang mebel, kayu jati, minyak tanah, hasil bumi membuka lapangan kerja yang luas. Ratu Batang turut pula menjadi pelopor berdirinya pabrik kecap di Purwodadi dan pabrik trasi di Lasem Rembang. Kekayaan Kanjeng Ratu Batang ini digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Mataram.
Dari hasil usaha ini, Kanjeng Ratu Batang membiayai berdirinya Kabupaten Batang. Mulai dari pengadaan lahan, bahan bangunan, tukang dan angkutan semua ditanggung penuh. Kantor kabupaten, alun-alun, masjid agung dan pasar dibangun dengan sempurna. Ahli bangunan didatangkan dari Tuban, juru ukir dari Jepara, pakar marmer dari daerah Tulungagung. Rakyat pun bergotong royong untuk nyumbang bahu suku lan penemu. Semua dilakukan secara sukarela. Ini karena wibawa Kanjeng Ratu Batang. Ini berlangsung tahun 1617.
Perjalanan sejarah ini dipelajari secara teliti oleh Paku Buwana II. Rapat pembentukan kabupaten Batang dimulai tahun 1619. Selama dua tahun panitia bekerja dan pula tahun 1621 Kabupaten Batang resmi berdiri. Pejabat Bupati pertama ditunjuk Tumenggung Hupasanta Hadinagoro. Beliau putra Tumenggung Bahurekso, Bupati Kendal pertama. Memang Tumenggung Bahurekso adalah tangan kanan dan penasihat utama Sultan Agung. Kepercayaan raja Mataram pada Tumenggung Bahurekso amat tinggi. Gelar Hupasanta ini sebagai penghormatan kepada ayah Kanjeng Ratu Batang. Rata-rata Bupati Batang selanjutnya menggunakan nama Hupasanta, yang berarti harapan yang makmur sejahtera.
Alangkah bahagianya Kanjeng Ratu Batang mendirikan pemekaran kabupaten di wilayah pesisir. Sebagai tanda gembira beliau berkunjung ke daerah Bandar, Banyuputih, Bawang, Blado, Gringsing, Kandeman, Limpung, Pecalungan, Reban, Subah, Tersono, Tulit, Warungasem, Wonotunggal. Rakyat selalu mengelu-elukan kedatangan Kanjeng Ratu Batang. Pemuka masyarakat dan sesepuh bersepakat menamakan daerah pemekaran ini dengan sebutan kabupaten Batang.
Penggunaan nama Batang jelas untuk menghormati nama Kanjeng Ratu Batang. Ada dua tokoh wanita Batang yang sangat getol mengusulkan nama garwa raja Mataram ini. Dia adalah Endang Wiranti dan Dewi Rantam Sari. Endang Wiranti dinikahkan dengan Tumenggung Duksina pembesar Mataram. Dewi Rantam Sari menikah dengan Tumenggung Hupasanta Hadinagoro.
Paku Buwana II minta keterangan kepada ahli nujum istana. Yaitu Pangeran Wujil, Kyai Yasadipura, Tumenggung honggowongso. Daerah pesisir perlu memiliki identitas.
Kata Batang bermakna adeg-adeg, soko guru, tiang, tegak lurus. Sinonim kata batang yaitu watang. Kata ini begitu populer dalam jagad seni Jawa.
Sang patih sigra anata baris
Nyawiji gumolong
Dhampyak dhampyak gumregut lampahe
Binarung krapyak myang watang agathik
Gumelar ngebaki
Suraknya gumuruh.
Adapun kata batang berarti juga menjawab teka-teki. Batang juga bermakna mengatasi semua persoalan. Kanjeng Ratu Batang pada kenyataannya hadir membuat pepadhang, jagad terang benderang. Wajar sekali kalau kabupaten Batang dalam lintasan sejarah selalu menyumbang pikiran, tenaga, tindakan yang berguna bagi bumi nusantara. Keberadaan alas Roban mendapat perhatian dari Paku Buwana II saat dilantik menjadi raja Mataram tahun 1726. Hutan ini perlu dikelola dengan kekuatan rohani.
B. Membina Kabupaten Batang
Raja Paku Buwana II Mengelola Alas Roban. Kiprah Kabupaten Batang pada jaman kejayaan masa lampau digagas oleh Paku Buwana II. Termasuk Alas Roban yang punya nilai historis. Para pembesar Mataram mengadakan tata cara tradisi untuk menjaga alas Roban.
Dalam perspektif sejarah, Mataram selalu berhubungan dengan daerah Batang. Warga kabupaten Batang selalu berpartisipasi dalam segala kegiatan kenegaraan. Mereka memiliki kesadaran tinggi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Lila lan legawa kanggo mulyane negara. Misalnya ketika Sinuwun Amangkurat Agung mengerjakan proyek pembangunan maritim di Tegal. Sebagian besar tenaga pelaksana proyek didatangkan dari kabupaten Batang tahun 1650 – 1655.
Peristiwa historis ini diperhatikan oleh Paku Buwana II. Misalnya saat Sinuwun Amangkurat Agung memerintah kerajaan Mataram tahun 1645 – 1677. Pada masa pemerintahannya itu banyak dilakukan pembangunan di kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, Tegal, Kendal, dan Batang. Sesuai dengan amanat orang tuanya Sultan Agung. Beliau selalu melanjutkan tradisi luhur. Apalagi Kanjeng Ratu Batang adalah ibunda Sri Susuhunan Amangkurat Agung. Secara otomatis Kabupaten Batang mendapat perhatian utama dari kerajaan Mataram. Ini berlaku turun temurun. Leluhur Karaton Surakarta Hadiningrat ini amat dihormati. Paku Buwana II mengadakan upacara adat. Agar mendapat berkah.
Kanjeng Ratu Wiratsari adalah permaisuri Sinuwun Amangkurat Tegal Arum. Beliau mendapat puan dari mertuanya, supaya memperhatikan kemajuan bumi Batang. Maka tiap tahun ada program untuk wilayah pesisir sekitar pantai Siganda, Cemara Sewu, Ujung Nagaro. Kegiatan di pantai ini meliputi sedekah laut. Rakyat Batang diajak upacara wilujengan, agar semua selamat. Kegiatan ritual lain yaitu tapa kungkum di Curug Gombong, meditasi di bukit Sri Gunung. Curug Sejeglong, Telaga Dringo, Batu Gamelan, pemandian air panas Sangubanyu dan patirtan Balekambang mendapat perhatian dari abdi dalam Purwo Kinanthi yakni petugas kerajaan yang pakar tentang sesaji ritual adat.
Demi kecintaannya pada masyarakat Batang, Kanjeng Ratu Wiratsari memberi anugerah besar. Yaitu pusaka tombak Kyai Abirawa. Pusaka ini ampuh, wutuh, sepuh dan berpengaruh. Tiap kali di kirab, lantas mengeluarkan daya perbawa yang ayem tentrem. Para pendherek kirab bersemangat untuk bekerja keras, sengkut gumregut tandang gawe. Dengan kirab Kyai Abirawa etos kerja menjadi lebih gumreget, gumregut lan gumregah. Kirab pusaka Kyai Abirawa besar-besaran terjadi pada tahun 1659. Sinuwun Amangkurat Agung dan Kanjeng Ratu Wiratsari hadir di pendopo Kabupaten Batang.
Keberadaan warga Batang sungguh terhormat di mata Mataram. Pada masa pemerintahan Sinuwun Paku Buwono I tahun 1708 – 1719, Kabupaten Batang kerap mendapat kunjungan kenegaraan. Permaisurinya bernama Kanjeng Ratu Mas Balitar. Ibu-ibu dari Batang diundang ke Kartasura untuk kursus batik, kuliner, rias manten, dan mencoba belajar menenun kain.
Pelajaran dari Kartasura penting buat menambah kesejahteraan keluarga. Pengusaha warung makan Weleri diundang ke Kartasura untuk mengisi acara makan malam tahun 1713. Waktu itu sedang diselenggarakan Grebeg Maulud. Mereka diundang atas prakarsa Ratu Mas Balitar.
Tahun 1745 pembesar dan tokoh masyarakat Batang diundang ke Surakarta. Saat itu memang ada hajad besar upacara peresmian ibukota baru. Sinuwun Paku Buwono II memindahkan ibukota Mataram dari Kartasura ke Surakarta. Bahkan proses pembangunan istana banyak melibatkan warga Batang, karena salah satu tiang utama kayunya diambil dari Alas Roban. Pihak istana percaya bahwa kayu Alas Roban memiliki daya tuah yang tinggi. Bisa digunakan sebagai sarana tolak balak.
Kepercayaan pada Alas Roban yang memiliki nilai sakral sudah berlangsung lama. Putri siluman yang bernama Dewi Dribusowati menjadi penguasa Alas Roban. Putri siluman ini sangat cantik jelita. Dia memiliki jaringan makhluk halus di seluruh Tanah Jawi. Warga Batang menghormati Dewi Dribusowati. Upacara giriworo dilakukan tiap akhir bulan Suro di Alas Roban. Peserta berbusana Jawa yang rapi, wangi dan sesuai pakem. Mereka membawa sesaji lengkap. Kemudian didoakan. Diakhiri dengan kembul bujana andrawina. Makan nasi tumpeng bersama.
Menurut Paku Buwana II daerah Batang mempunyai kekuatan lahir batin. Nyatanya selalu memberi guna faedah untuk masyarakat. Kraton Surakarta Hadiningrat ikut mengelola dengan sebaik baiknya.
Pada tahun 1812 Sinuwun Paku Buwono IX datang di Kabupaten. Raja Surakarta Hadiningrat ini meresmikan pembukaan kebun teh Pagilaran, katelah Blado. Luas kebun teh Pagilaran lebih dari 1130 Hektar. Betapa makmurnya warga Batang. Teh Pagilaran terkenal sekali. Marketing teh Pagilaran meliputi negeri Cina, Jepang, Hongkong, Malaya, India, Arab, Mesir, Turki, Afrika dan Eropa. Pemasaran ini dilayani oleh warga Batang sendiri. Tentu saja atas pembinaan kerajaan Surakarta Hadiningrat. Ini menyangkut etika birokrasi yang baik.
Pembukaan stasiun Batang pada tanggal 1 Desember 1898. Hadir pula Kanjeng Sinuwun Paku Buwono X dari kerajaan Surakarta Hadiningrat. Beliau mendapat gelar Sinuwun Ingkang Minulya saha Ingkang Wicaksana. Rakyat Batang merasa berbahagia. Fasilitas transportasi umum telah diperoleh warga Batang. Kehidupan mereka bertambah lancar. Roda ekonomi mudah berputar. Mobilitas rakyat semakin mudah dan murah.
Gagasan luhur Paku Buwana II tetap berlanjut. Kabupaten Batang mendapat kedudukan istimewa bagi istana karaton Surakarta Hadiningrat. Alas Roban merupakan bagian jiwa kerajaan. Itu menyangkut suara batin. Harus dihormati oleh semua pihak. Warisan sejarah luhur itu berlangsung terus hingga kini. Peradaban agung ini berjalan sesuai dengan perkembangan jaman, nuting jaman kelakone. Untuk itu Sinuwun Paku Buwono X mengajak diskusi panjang lebar dengan Bupati Kendal, Kanjeng Adipati Dipokusumo tahun 1930. Beragam topik dibicarakan, terutama mengenai usaha pelestarian upacara adat di Alas Roban.
Sejak tanggal 8 April 1966, harinya Jumat Kliwon rakyat Batang boleh lega dan gembira. Status kabupaten Batang mendapat pengesahan dari pemerintah Republik Indonesia. Berturut-turut para bupati yang memimpin kabupaten Batang. Beliau adalah pemimpin Batang yang harus dihormati, didukung dan dimuliakan. Demi membangun kabupaten Batang, supaya semua menjadi makmur sejahtera lahir batin.
1. R. Said Purwopranoto 1966 – 1967
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
2. R. Hardjono Prodjodirdjo 1967 – 1972
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
3. Drs. Soejitno 1972 – 1979
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
4. Drs. Soekirdjo 1979 – 1988
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
5. Drs. Soehoed 1988 – 1993
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
6. Moeslich Effendi, SH 1993 – 1998
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
7. Djoko Purnomo, SH 1998 – 2001
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
8. Bambang Bintoro 2001 – 2012
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Megawati.
9. Yoyok Riyo Sudibyo 2012 – 2017
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
10. Siswo Laksono, SH 2017 – 2017
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
11. H. Wikapi, S.Ag 2017 – 2022
Dilantik pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Para pemimpin itu diharapkan mendapat kedamaian kemakmuran bersama rakyat. Karena dipilih untuk bekerja dengan segenap jiwa raga.
C. Batang Sebagai Kawasan Mistis
Sinuwun Paku Buwana II mengutus abdi dalem untuk menjaga Alas Roban.
Kedamaian di tanah Jawa harus dijaga. Paku Buwana II pada tahun 1726 mengutus abdi dalem suranata, Purwo Kinanthi, Ndoropati. Mereka tiap hari caos sesaji dengan uba rampe yang genah genep jangkep.
Ahli nujum Karaton Mataram Surakarta Hadiningrat memiliki indra keenam. Kemampuan spiritual yang diperoleh dengan cara cegah dhahar lawan guling. Jaringan Makhluk Halus Alas Roban Beserta Pembesar Makhluk Halus di Tanah Jawa
Ki Logening ing Juwana
ing Rembang si Bajulbali
Ki Lender ing Wirasaba
Madura ki Batagrigis
kang ngreksa ing Matesih Jaranpanolih ranipun
Ki Londir Pacangakan
si Landhep ing Jatisari Ondar andir
ingkang aneng Jatimalang.
Arya Taron ing Lodhaya
Sarpabangsa aneng Pening
Parangtan dang ing Kasanga
ing Crewek Ki Mandamandi setan Telaga pasir
ingkang aran Ki Jalingkung
Kalanadhah ing Tuntang
Bancuri Kalabancuri
kang rumeksa sukune ardi Baita.
Ragadungik Randhulawang
ing Sendhang Retna Pengasih
Butakapa ing Prambanan
Bok Sampurna ardi Wilis
Raden Galinggangjati
kang rumeksa Gajahmungkur
si Gendruk ing Talpegat Ngembet Raden Panjisari
Pagerwaja kang aran Udakusuma.
Ki Penthul ing Pakacangan
Cangakan si dodotkawit
kalangkung ing sektinira
titihane kuda putih
Cakra payungireki
larwaja kekemulipun
pan sami rinajengan respati rajege wesi
camethine pat-upate ula lanang.
Kasmaran gantya ginupit
luputa ing ila-ila
den dohna tulah sari ke
ngetang sagunging lelembat
kabeh si Goplem samya
dhemit lit-alit sadarum
pan dede dhemit narendra.
Setan brakasakan sami
si Goplem kabayanira
dhemit jron nagara kabeh
sawabe kinarya tengga
wong sakit budur samya
liya iku tan pakantuk
mung sakit budur lan napas.
Si Goplem wismanireki
neng Witana Sitibentar
Gombel Tratag rambat nggone
kang rumeksa aneng Gayam
Kalabancuri ranya
kang ngreksa Bangsal ranipun
Kalakentung Kalakentung.
Gedhong upas kang nenggani
Kalajanggolsikil rannya
kang ngreksa Wringin kembare
Kalasorogsilit rannya
si Biti ing Pandeyan
lawan si Gunthulpinanggul
si Angklung aneng Gapura.
Si Lempur Wringin-waringin
Bajangklewer aneng Gladag
Jin putih neng Masjid-gede
Kyai Lotis ing Jeksan
Klentung Mangkubumenan
Jungkit Patihan nggenipun
Kyai Modin Buminatan.
Tambur Pagongan nggenneki
Bajangangkrik Tepasanan
Bagus Bengkak rumeksane
ing Paseban Prangwadanan
Gotik ing Pangurakan
si Bodong neng Loji-wurung
Bagus Keret ing Magangan.
Ing Kareteg Wewegerit
Gandor Loji cilik-wetan
Lungkrah aneng dedalane
Pak Tekik aneng Pacinan
Angkrik ing pasar besar
kang rumeksa aneng
Panggung-Jebres wasta, ki Balendhang.
Gue Lempor Jagalan nenggih
Ki Busik ing Loji besar
Ki Lotis ing Krapyak nggone
Balabidhir ing Gendhingan
Sangkrah Ki Rajaputra
Kethik-kethik aneng Jurug
ing Beton si Kalanadhah.
Ing Ganggang Blegthuthur
nenggih Patunggon si Basahlungkrah
Sanasewu dhedhanyange
Bok Suwanggi namanira
Koplak-kolik Sampangan
wus tamat sagung lelembut
kang ngreksa Karaton Jawa.
Sinom.
Anelasak wana wasa,
tumuruning jurang terbis.
Kang ri bandhil bebondhotan. Ginubet penjalin cacing.
Wauta sang apekik. Gumregut sangsaya sengkut.
Sayekti datan nyipta. Pringga bayaning wanadri.
Apan nyata satriya trah witaradya.
Lingkungan Kabupaten Batang cocok untuk laku meditasi. Alas Roban Gringsing menjadi pusat kegiatan Pedhanyangan tanah Jawa. Dengan tata cara ritual yang utama, mereka turut serta menjaga keselarasan jagad raya.
Paku Buwana II menetapkan abdi dalem suranata, Purwo Kinanthi, ndoropati untuk menjaga alas Roban. Tiap hari mereka caos sesaji. Agar kabupaten Batang sebagai tanah yang ayem tentrem./purwadi